Mengulik Wisata Sejarah Kota Vatikan, Tempat Tinggal Paus Fransiskus

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Ecka Pramita

google-image
Tembok Vatikan kini lebih berfungsi sebagai destinasi wisata, pengunjung bisa dengan mudah mendatangi Lapangan Santo Petrus dan Vatikan dari arah manapun tanpa terganggu Tembok Kota Vatikan. Foto: Erik Drost/Flickr.com

Tembok Vatikan kini lebih berfungsi sebagai destinasi wisata, pengunjung bisa dengan mudah mendatangi Lapangan Santo Petrus dan Vatikan dari arah manapun tanpa terganggu Tembok Kota Vatikan. Foto: Erik Drost/Flickr.com

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Pada abad pertengahan, Vatikan yang menjadi tempat tinggal dan bertugas Paus Fransiskus bukanlah kota atau negeri yang aman. Politik di tanah Italia (Roma) yang terus bergolak akibat rebutan pengaruh antarnegara kota, membuat Vatikan rentan diserang. Sementara itu, pasukan-pasukan Muslim mulai menginjakkan kaki di Eropa, membuat Vatikan mendapat ancaman baru.

Sebagaimana dinukil dari Atlas Obscura, Vatikan mulanya adalah kota yang dikelilingi benteng. Tembok-tembok pun dibangun membentuk batas Kota Vatikan. Namun tembok yang dibangun sejak tahun 800-an hingga abad Renaisans sekitar 1500-an, kini tak utuh lagi. Semua orang bisa mengakes Lapangan Santo Petrus hingga perpustakaan Vatikan. Hanya detektor metal di pintu-pintu masuk Vatikan yang memperlambat wisatawan.

Sebagai wisata sejarah, tembok kota di masa lalu bukanlah hal yang buruk. Pada abad pertengahan tembok atau benteng yang mengelilingi kot abukanlah hal yang buruk. Vatikan, meskipun menjadi pusat dunia Kristen Barat bahkan dunia, kerap diserang perompak dan negara-negara saingan politik. Untuk menyelesaikan ancaman itu, benteng menjadi solusi tepat meskipun harus menghabiskan banyak biaya.

Benteng besar pertama Kota Vatikan selesai pada tahun 852. Setelah serangan oleh pasukan muslim yang menguasai Sisilia – saat itu Sisilia dikuasai oleh Dinasti Aghlabiyyah penguasa Tunisia. Kehadiran pasukan muslim dari Afrika Utara itu, membuat Paus Leo IV pada 846, memerintahkan pembangunan tembok di sekitar Kota Leonine, sebuah wilayah yang meliputi wilayah Vatikan saat ini dan distrik Borgo Roma.

Sisa tembok atau Benteng Vatikan yang kini menjadi destinasi wisata. Foto: Panoramio.com/Wikimedia.com

Dinding Leonine setinggi 12 meter, membentang memanjang sekitar empat kilometer mengelilingi Bukit Vatikan. Itu adalah pertama kalinya daerah itu benar-benar tertutup. Begitu ancaman Muslim berlalu, banyak gerbang kota dibuka.

Lalu Paul III dan Pius IV memperluas dan memodifikasi benteng hingga pada abad ke-16, untuk menegaskan kekuatan politik Vatikan sekaligus melindungi Vatikan dari kekerasan politik di Roma. Modifikasi lebih lanjut dibuat sampai akhir pemerintahan Paus Urban VIII pada tahun 1640-an.

Tembok bersejarah ini masih ada di sepanjang sebagian besar batas Kota Vatikan saat ini. Tetapi jangan dibayangkan lagi sebagai benteng yang tak mudah ditembus. Zaman telah berubah. Negara kota seluas 445.154 meter persegi itu, kini, boleh dimasuki siapa saja. Siapa pun dapat berjalan ke Lapangan Santo Petrus, di mana garis putih yang dilukis di tanah adalah satu-satunya batas. Dan dari enam pintu masuk ke Kota Vatikan, tiga terbuka untuk umum.

Beberapa bagian dari Kota Vatikan terlarang. Tapi di tempat lain mudah diakses, satu-satunya penghalang untuk masuk cepat adalah antrian dan sesekali detektor logam.Bahkan Perpustakaan Vatikan, yang terkenal dengan arsip rahasianya dalam petualangan Dan Brown, cukup mudah untuk dimasuki jika Anda memiliki kartu perpustakaan Vatikan.

Ken Pennington, seorang profesor sejarah abad pertengahan di Universitas Katolik Amerika, mengatakan kepada The New York Times: "Ketika saya di sana, saya menunjukkan kepada penjaga kartu perpustakaan dan mereka membiarkan saya masuk. Ini satu-satunya tempat di dunia di mana kartu perpustakaan membawa Anda ke suatu negara."

Hal yang perlu diperhatikan, Kota Vatikan adalah negara kota mandiri yang dikelilingi oleh Roma. Pengunjung tidak memerlukan visa atau bahkan paspor untuk masuk, tetapi beberapa pengunjung mungkin diminta untuk menunjukkan paspor, KTP, atau SIM.

Pilihan Editor: Paus Fransiskus Perhatikan Beban Perempuan Selama Wabah Corona

LUDHY CAHYANA 

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."