Daftar Perempuan Peraih Nobel Sastra, dari Toni Morrison hingga Annie Ernaux

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Ecka Pramita

google-image
Annie Ernaux. Francesca Mantovani-editions Gallimard/Handout via REUTERS.

Annie Ernaux. Francesca Mantovani-editions Gallimard/Handout via REUTERS.

IKLAN

5. Elfriede Jelinek

Elfriede Jelinek. Dok. http://id.wikipedia.org

Elfriede Jelinek, lahir 20 Oktober 1946) ialah wanita pengarang asal Austria, pemenang Hadiah Nobel Sastra pada 2004. Jelinek lahir di Murzzuschlag, Austria. Ia menulis novel, naskah drama, puisi, skenario film, dan libretto opera, serta menerjemahkan karya sastra ke bahasa Jerman. Jelinek ialah wanita ke-10 yang menerima Hadiah Nobel dalam bidang sastra.

Elfriede Jelinek, yang ibunya (Olga Jelinek/Olga Buchner) ialah manager personel di sebuah perusahaan terkenal dan ayahnya (Dr. Friedrich Jelinek) ialah kimiawan dengan latar belakang kelas pekerja, besar di Wina. Ia menggambarkan tahun-tahunnya di sebuah taman kanak-kanak Katolik dan kemudian sekolah biara sungguh amat membatasi. Saat masih di sekolah ia kursus organ dan piano di Sekolah Musik Wina. Ia belajar sejarah seni dan seni teater di Universitas Wina dan menyelesaikan pelajaran organnya pada 1971.

Sejak 1966 ia telah bekerja sebagai penulis, hidup mondar-mandir di Wien dan Muenchen. Pada 1974 Jelinek menikah dengan Gottfried Hüngsberg, yang saat itu menggubah musik film untuk Rainer Werner Fassbinder namun sejak pertengahan 1970-an telah bekerja di Munchen dalam bidang teknologi informasi.

Karya Jelinek dapat dikelompokkan dalam 3 tahap. Karyanya yang paling awal mengkritik kapitalisme dan masyarakat konsumtif. "Pada 1980-an ia bertujuan menyerang kritik pada masyarakat partiarkhal . Dalam Oh Wildnis, oh Schutz vor ihr (Oh Hutan Belantara, Oh Perlindungan Darinya, 1985), Die Klavierspielerin (Guru Piano, 1988), Lust (Birahi, 1989), Die Kinder der Toten (Anak-Anak Orang Mati, 1995), drama-drama Was geschah, nachdem Nora ihren Mann verlassen hatte oder Stützen der Gesellschaft (Apa yang Terjadi Setelah Nora Meninggalkan Suaminya atau Pilar Masyarakat, 1979), Clara S. (1982) dan Krankheit oder Moderne Frauen (Penyakit atau Wanita-Wanita Modern, 1984) Jelinek menggambarkan jerat mematikan di mana tokoh wanita dipikat" (D. von Hoff) – tanpa menciptakan pahlawan wanita positif. 

Sejak akhir 1980-an ia telah menyerang fasisme pada masa lalu dan anti-Semit pada masa kini di Austria dan Jerman. Pada 1998 Jelinek dianugerahi Hadiah Georg Büchner. Elfriede Jelinek ialah pemenang Penghargaan Nobel dalam Sastra pada 2004. Dalam pengumuman resminya pada 7 Oktober komite Nobel mengutip "aliran suara dan kontra-suara musik" dalam karyanya, bahwa "dengan semangat linguistik luar biasa mengungkap kemustahilan kata klise masyarakat dan kekuasaan yang menaklukkan."

6. Louise Gluck

Louise Glück. Dok. http://id.wikipedia.org

Louise Elisabeth Glück lahir pada 22 April 1943, ia adalah seorang novelis dan penulis esei dari Amerika Serikat. Ia dianugerahi Hadiah Nobel Sastra pada tahun 2020. Glück sering digambarkan sebagai penyair otobiografi; karyanya dikenal karena intensitas emosionalnya dan sering kali menggunakan mitos, sejarah, atau alam untuk merenungkan pengalaman pribadi dan kehidupan modern. 

ia lahir di New York City dan dibesarkan di Long Island. Dia mulai menderita anoreksia nervosa saat di sekolah menengah dan kemudian sembuh dari penyakitnya. Dia kuliah di Sarah Lawrence College dan Columbia University tetapi tidak mendapatkan gelar. Selain karirnya sebagai penulis, ia pernah berkarir di bidang akademisi sebagai guru puisi di beberapa institusi.

Dalam karyanya, Glück berfokus pada aspek yang menerangi trauma, keinginan, dan alam. Dalam mengeksplorasi tema-tema yang luas ini, puisinya menjadi terkenal karena ekspresi kesedihan dan keterasingannya yang penuh kejujuran. Para kritikus sastra juga memusatkan perhatian pada konstruksi persona puitisnya dan hubungan, dalam puisinya, antara otobiografi dan mitos klasik.

Saat ini, Glück adalah asisten profesor dan Penulis Rosenkranz di Residence di Universitas Yale. Dia tinggal di Cambridge, Massachusetts.

7. Sigrid Undset

Sigrid Undset/Foto: Thornfield Hall

Sigrid Undset, lahir pada 20 Mei 1882 di Kalundborg, Denmark dan meninggal 10 Juni 1949, ialah salah satu dari 3 penulis Norwegia (hingga kini) yang telah menerima Penghargaan Nobel Sastra. Lainnya ialah Bjoernstjerne Bjoernson pada 1903, dan Knut Hamsun pada 1920.

Undset menerima penghargaan nobel untuk kesusastraan pada tahun 1928, untuk penggambarannya yang kuat atas kehidupan selama Abad Pertengahan di Skandinavia, sebagaimana Komite Kesusasteraan Nobel di Swedia memutuskannya saat itu. Mereka berkata tentang 2 serial novel karyanya yang luas yang berlatar belakang Norwegia pada abad ke-13, Kristin Lavransdatter (3 jilid), dan Olav Audunssønn (4 jilid).

Nenek moyang Undset, Peder Halvorsen pada 1730 tinggal di Grytdalen di lembah Sollien di sungai Atna. Beberapa orang Osterdalen, termasuk ayah Undset diizinkan menetap dan bertani di lembah Sollien di sungai Atna sampai Kakek Undset, Halvor Halvorsen sebagai perwira no-komisioner dan sipir rumah pekerja datang ke Trondhjem dan menggunakan nama Undset. Nama Undset sendiri berasal dari sebuah dusun tempat tinggal nenek Undset yang sudah janda.

Undset lahir dari pasangan Ingvald Martin dan Charllote Gyth pada 1882 setahun setelah pernikahan orang tuannya dan ayahnya memperoleh gelar doctor. Karena ibunya berasal dari Kallundborg, Denmark dan ayahnya adalah seorang arkeolog sehingga sering bepergian ke hampir setiap bagian Eropa maka, mereka mendirikan rumah sementara di Kallundborg.

Pada 1884, ayah Undset pindah ke Norwegia untuk bekerja di Museum of Antiquities yang terhubung dengan Universitas Christiania. Undset dikirim ke sekolah yang dikelola oleh Ny. Ragna Nielse agar mendapatkan Pendidikan yang terbaik mengikuti jejak ayahnya. Namun, hari demi hari dilalui oleh Undset dengan pemikiran yang berlawanan dengan Prinsip Ny. Nielsen.

Pada 1893, ayah Undset meninggal dan Ny. Nielse menawarkan Pendidikan gratis kepada Undset dan adik-adiknya. Diusia 14 tahun, Undset menolak tawaran Ny. Nielse untuk mengikuti ujian masuk dan menyesalinya. Ia pun dikirim ke sekolah komersial di Christiania.

Sebelum memulai menulis novel-novelnya, Undset pernah bekerja selama 10 tahun di sebuah perusahaan Teknik kelistrikan. Selama bekerja dikantor, dua buku karya Undset telah terbit yakni Fru Marte Oulie (1907) dan Den lykkelige alder (The Happy Age) pada 1908. Selepas meninggalkan pekerjaannya, Ia mendapat beasiswa ke Jerman dan Italia.

Pada 1912, Undset menikah dengan seorang pelukis Norwegia, A.C Svarstad di Belgia dan memiliki tiga orang anak.Namun pernikahannya tidak berjalan dengan baik karena sebelumnya suaminya sudah menikah dengan wanita lain yang masih hidup.

Pada 1919, Undset pindah ke Lillehammer. Ia memeluk agama Katolik Roma pada 1924.
Undset menghabiskan sisa hidupnya di pengasingan, Amerika Serikat dikarenakan adanya kependudukan Nazi di Norwegia dan negaranya dilanda perang. Ia mengisi waktunya dengan mengajar dan menulis.

Kisah tentang masa kecilnya Elleve, Kisah tentang pelarian Undset dari Norwegia karena kependudukan Nazi, Return to the Future (1942; Norwegian Tillbake til fremtiden) Kisah tentang keberadaan perempuan dalam dunia kelas menengah kebawah yang tidak romantis Splinten av troldspeilet (1917), Images in a Mirror); dan Jenny (1911). Kisah tentang nasib seorang wanita, bernama Kristin yang mandiri dan rela berkorban berlatar Abad pertengahan Kristin Lavransdatter dalam tiga volume (1920–1922).

8. Svetlana Alexievich

Svetlana Alexievich. Dok. http://id.wikipedia.org

Svetlana Alexandrovna Alexievich[1] (lahir 31 Mei 1948) adalah wartawan investigasi dan penulis non-fiksi Belarusia. Lahir di Stanislaviv, 31 Mei 1948. Dia menerima Penghargaan Nobel Sastra tahun 2015 yang dinilai oleh juri sebagai 'for her polyphonic writings, a monument to suffering and courage in our time'. Dia adalah penulis Belarusia pertama yang menerima penghargaan tersebut.

Svetlana Alexievich lahir di Kota Ivano-Frankovsk, Ukraina dari pasangan Belarusia (ayah) dan Ukraina (ibu). Setelah demobilisasi ayahnya dari tentara, keluarganya kembali ke Belarusia dan menetap di sebuah desa dimana kedua orangtuanya bekerja sebagai guru sekolah.

Saat masih sekolah, Dia suka menulis puisi dan feature untuk tugas sekolah. Selepas lulus, Alexievich bekerja sebagai reporter di koran lokal di kota Narovl. Dia melanjutkan karier di bidang jurnalistik, dan telah menulis cerita pendek serta reportase, termasuk bencana Chernobyl, perang Soviet di Afghanistan dan banyak acara lainnya - semuanya berdasarkan ribuan wawancara dengan saksi.

Alexievich masuk kuliah tahun 1967 di Departemen Of Journalism di Universitas Minsk, dan menyelesaikan pendidikan tingginya pada tahun 1972. Prosekusi dari rezim diktator, Alexander Lukashenko,[5] membuatnya meninggalkan Belarusia pada tahun 2000. Dia kemudian tinggal di Paris, Gothenburg dan Berlin, dan hanya bisa kembali ke Minsk pada tahun 2011.

Alexievich menerima Penghargaan Nobel Sastra 2015 "untuk tulisannya yang polifonik, yang merupakan monumen untuk penderitaan dan keberanian pada masa kita" . Sekretaris tetap Sara Danius menyampaikan penghargaannya untuk kerja luar biasa Alexievich.

"Selama 30 atau 40 tahun terakhir dia sudah sibuk memetakan individu di Soviet dan pasca-Soviet. Tapi bukan pada peristiwa sejarah. Melainkan pada emosi sejarah. Yang dia tawarkan kepada kita adalah sebuah dunia emosional. Peristiwa sejarah ini yang dia tuliskan di berbagai buku-bukunya - misalnya bencana Chernobyl atau perang Soviet di Afghanistan - adalah, sebagai cara, tulisan yang menjelajahi individu Soviet dan individu pasca Soviet. Dia melakukan ribuan wawancara dengan anak-anak, perempuan dan laki-laki, dan dengan cara ini dia menawarkan kita sejarah manusia tentang orang-orang yang tidak kita ketahui sebelumnya."

Alexievich mewawancarai ratusan dari jutaan perempuan Rusia yang berpartisipasi dalam perang dunia kedua dalam berbagai peran, termasuk sebagai prajurit, penembak jitu, dokter dan perawat. Dari uraian buku ini: "Semua yang paling kita ketahui tentang Perempuan digambarkan dengan kata 'kasih sayang'. Ada kata-kata lain, juga - adik, istri, teman dan, yang paling mulia dari semua, ibu. Tapi kasih sayang bukan bagian dari semua konsep ini, substansi mereka, tujuan mereka dan makna utama mereka? Seorang wanita adalah pemberi kehidupan, ia pengamanan hidup, jadi 'Wanita' dan 'kehidupan' adalah sinonim.

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."