Risiko dan efek samping botox
Efek samping botox bersifat ringan dan sementara, yakni berlangsung selama dua hari. Biasanya Anda akan merasakan efek samping seperti:
- Nyeri, bengkak, kemerahan, atau memar di tempat suntikan.
- Gejala mirip flu.
- Kelumpuhan sementara otot-otot di dekatnya — seperti kelopak mata terkulai (ptosis), misalnya.
- Sakit kepala atau nyeri leher.
- Sakit perut (gangguan pencernaan).
Meski jarang menimbulkan efek berat, dalam kasus tertentu toksin botulinum dapat menyebar dari tempat suntikan, sehingga menyebabkan botulisme.
Perlu diingat juga bahwa orang dengan gangguan neuromuskular seperti neuropati perifer atau multiple sclerosis (MS) tidak boleh menggunakan botox atau neuromodulator lainnya, karena dapat memperburuk gejala.
Risiko dan efek samping dari dermal filler
Seperti halnya neuromodulator, dermal filler umumnya aman. Kebanyakan orang tidak mengalami efek samping, tetapi mereka yang mengalaminya terkadang harus menghadapinya untuk sementara waktu.
Komplikasi jangka pendek dari filler meliputi:
- Nyeri, bengkak, memar, kemerahan, atau jenis perubahan warna kulit lainnya di tempat suntikan.
- Mati rasa.
- Gatal atau kemampuan untuk merasakan bahan filler di wajah Anda.
- Infeksi, yang jika tidak diobati, dapat menyebabkan masalah yang lebih serius seperti kematian jaringan (nekrosis).
- Luka dingin.
Selain itu, ada komplikasi jangka panjang sebagian besar bersifat estetika, seperti benjolan, tonjolan, atau asimetri wajah akibat distribusi bahan pengisi yang buruk.
Terkait pengisi filler yang digunakan, masalah potensial lainnya adalah reaksi alergi terhadap zat sintetis apa pun yang disuntikkan. Itulah mengapa penting untuk memperhatikan gejala-gejala berikut:
- Sesak napas, sesak dada, mengi, atau kesulitan bernapas.
- Kesulitan menelan.
- Gatal-gatal atau ruam.
- Gejala gastrointestinal seperti nyeri perut, kram, diare, atau muntah.
- Efek samping lain yang jarang terjadi tetapi serius dari pengisi kulit adalah masalah penglihatan.
Jika Anda memiliki masalah dengan penglihatan, disertai kelemahan, ketidaknyamanan, atau nyeri di satu sisi tubuh, Dr. Khetarpal mengatakan Anda harus segera mendapatkan bantuan medis.
Dalam kasus yang jarang terjadi, praktisi yang kurang terlatih secara tidak sengaja menyuntikkan bahan pengisi ke dalam pembuluh darah, sehingga dapat menyebabkan komplikasi serius seperti stroke, kematian jaringan, atau kebutaan.
Itulah pentingnya mendapatkan filler dermal dari profesional yang telah bersertifikat. Anda juga perlu memastikan bahwa penyedia layanan kesehatan menggunakan filler bermutu tinggi dan berkelas medis, serta tidak mengandung bahan yang membuat Anda alergi.
Lebih baik mana botox atau filler?
Botox dan filler merupakan prosedur kosmetik nonsurgical yang membantu mengurangi tanda-tanda penuaan. Botox adalah salah satu dari berbagai neuromodulator yang ada di pasaran, di mana neurotoksin akan disuntikkan ke otot wajah, membuatnya rileks dengan cara yang mengurangi kerutan dinamis akibat gerakan wajah.
Sedangkan filler disuntikkan ke kulit untuk mengencangkan dan menghaluskan kerutan statis. Jika kedua perawatan ini dilakukan bersamaan, biasanya dokter kan menargetkan area yang berbeda untuk mengurangi tanda-tanda penuaan secara keseluruhan. Lantas, mana yang lebih baik untuk mengatasi kerutan?
Dr. Khetarpal menyarankan untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis kecantikan sebelum memulai dua perawatan di atas ya. Pasalnya, professional dapat membantu Anda memutuskan apa yang paling sesuai dengan kondisi Kesehatan, tujuan serta anggaran yang kamu punya.
Pilihan Editor: Orang dengan 3 Kondisi Ini Tak Disarankan Botox
HEALTH CLEVE CLINIC
Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika
Halaman