4 Tradisi Peringatan Maulid Nabi Muhammad di Berbagai Daerah

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Silvy Riana Putri

google-image
Pepadu (petarung) bertarung saat tradisi maulid adat Peresean di Halaman Mesjid Adat Desa Salut, Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat, Jumat, 23 November 2018.Dahulu Peresean merupakan media yang digunakan oleh para pepadu/petarung untuk melatih ketangkasan, ketangguhan, dan keberanian dalam bertanding. TEMPO/Muhammad Hidayat

Pepadu (petarung) bertarung saat tradisi maulid adat Peresean di Halaman Mesjid Adat Desa Salut, Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat, Jumat, 23 November 2018.Dahulu Peresean merupakan media yang digunakan oleh para pepadu/petarung untuk melatih ketangkasan, ketangguhan, dan keberanian dalam bertanding. TEMPO/Muhammad Hidayat

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Selain berdoa, peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW diisi dengan kegiatan dan tradisi khas setiap daerah. Tak cuma Grebeg Maulid yang diadakan Keraton Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta, ada tradisi lain saat memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW ini.

1. Tradisi Ampyang Maulid

Tradisi Ampyang adalah tradisi turun temurun yang terus dilestarikan saat peringatan Maulid Nabi. Tradisi Ampyang di Kudus dilakukan dengan menyiapkan semacam arakan. Arakan tersebut berisi makanan yang dihiasi dengan krupuk atau biasa disebut “ampyang”. Kemudian, Arakan itu diarak keliling Desa Loram Kulon, Kecamatan Jati, Kudus.

Dalam arakan yang dihiasi ampyang, di dalamnya bisa ditemui nasi kepal khas Kudus. Nasi kepal adalah nasi yang dibentuk bulat yang dibungkus dengan daun pisang atau daun jati. Masyarakat kudus percaya bahwa nasi kepel dianggap sebagai bentuk sedekah. Selain itu, nasi kepel diharapkan bisa menjadi pintu berkah dari Tuhan ke hambanya. 

Selain itu, Tradisi Ampyang juga bentuk pelestarian budaya warga Loram Kulon. Nasi kepel juga memiliki nilai sejarah. Pada zaman penjajahan, nasi kepel menjadi salah satu makanan perjuangan bagi pejuang kemerdekaan di Kudus.

2. Tradisi Peresean Suku Sasak

Suku Sasak di Lombok Utara memiliki perayaan yang unik tiap Maulid Nabi Muhammad. Perayaan Maulid Nabi ini menghadirkan petarungan. Para pepadu (petarung) saling bertarung saat Maulid Nabi tiba.

Dua pepadu bertarung bersenjatakan tongkat rotan (penjalin) dan dilengkapi dengan perisai kulit kerbau yang tebal dan keras. Peresean sendiri adalah media yang digunakan para pepadu untuk melatih ketangkasan, keberanian, dan ketangguhan dalam bertanding. 

Dilansir dari adatistiadatlombok.wordpress.com, peresean biasanya digelar di tempat yang luas. Selain dua pepadu yang terlibat, juga ada tiga wasit sebagai pengatur jalannya pertandingan. Wasit yang mengawasi pertandingan disebut Pakembar Tengah, sedangkan dua wasit yang memihak para pepadu disebut Pakembar Sedi.

Pertarungan ini biasanya dilakukan dalam lima ronde. Masing-masing ronde berdurasi tiga menit. Walau terkesan keras, tetapi Peresean mengandung pesan damai. Di dalam petarungan, para pepadu dituntut untuk memiliki jiwa pemberani, rendah hati, dan tidak pendendam. Hingga kini, tradisi Peresean masih terus dilestarikan di Lombok Utara, khususnya Suku Sasak.

3. Tradisi Bungo Lado

Tradisi perayaan Maulid Nabi di Padang Pariaman ini dilakukan dengan cara membuat pohon hias yang dihiasi oleh uang-uang kertas asli. Uang tersebut adalah uang dari iuran masyarakat. Dilansir dari indonesia.go.id, tradisi Bungo Lado biasanya dikoordinasi oleh kapolo mudo, atau ketua Karang Taruna.

Dalam praktiknya, kapolo mudo membuka donasi untuk perayaan tradisi Bungo Lado. Uang tersebut tidak dikumpulkan di rumah kapolo mudo, tetapi dikumpulkan di tempat-tempat keramaian atau tempat strategis. 

Setelah uang terkumpul, kapolo mudo kemudian mengorganisasi pencarian ranting-ranting pohon dan barang lain yang diperlukan. Ranting tersebut didekorasi menjadi pohon uang. Setelah itu, ranting dihias dengan kertas berwarna dan ditempel uang hasil iuran warga. Semakin banyak uang, maka semakin besar pohon bungo lado yang mereka buat.

Setelah itu, bungo lado diarak menuju masjid. Uang yang menempel di bungo lado digunakan untuk menambah kas dana kegiatan keagamaan. Prosesi arakan ini juga disertai makanan khas bernama jamba yang boleh dimakan oleh siapa saja.

4. Tradisi Maudu Lompoa

Tradisi unik lainnya adalah Mudu Lompoa. Dilansir dari djkn.kemenkeu.go.id, tradisi ini berpusat di sekitar Sungai Cikoang, Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan. Tradisi ini memerlukan persiapan sekitar 40 hari sebelum acara puncak. Biasanya, masyarakat Cikoang menyiapkan ayam, minyak kelapa, beras, perahu, pakaian, dan hasil bumi.

Bagi masyarakat Cikoang, perayaan Maulid Nabi ini mengandung makna yang dalam. Maudu Lompoa mengandung pandangan hidup yang berkaitan dengan kejadian alam semesta dan proses penciptaan roh manusia.

Keunikan tradisi Maudu Lompoa terletak pada kapal kayu yang dihias semenarik mungkin dengan kain. Kemudian, di dalam kapal terdapat barang-barang yang dipersiapkan jauh-jauh hari seperti ayam dan hasil bumi. Selain itu, kapal kayu juga diisi pakaian sampai perhiasan. Sebagai dedikasi kepada roh, terdapat juga sesaji yang dihadirkan dalam kapal kayu. Isi sesaji itu yang nantinya dibagikan kepada semua orang yang menghadiri acara tradisi Maulid Nabi Muhammad khas masyarakat Cikoang.

Pilihan Editor: 4 Tradisi Lebaran Khas Indonesia

ANANDA RIDHO SULISTYA | ANTARA

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."