Kata Najwa Shihab dan Sri Mulyani di Seminar Nasional Dharma Wanita Persatuan

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Rezki Alvionitasari

google-image
Dwi Anggia (kiri), Najwa Shihab, Angkie Yudistia, dan Franka Franklin di acara Seminar Nasional Dharma Wanita Persatuan, Kamis, 19 September 2024. Foto: Instagram/@najwashihab.

Dwi Anggia (kiri), Najwa Shihab, Angkie Yudistia, dan Franka Franklin di acara Seminar Nasional Dharma Wanita Persatuan, Kamis, 19 September 2024. Foto: Instagram/@najwashihab.

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Najwa Shihab dan Sri Mulyani Indrawati menjadi pembicara dalam Seminar Nasional Dharma Wanita Persatuan, organisasi yang beranggotakan istri pegawai negeri sipil atau PNS. Mereka membahas tema yang sama yakni peran perempuan dalam karier maupun sebagai ibu dan istri.

Masing-masing juga mengunggah materi mereka lewat media sosial baik itu foto kegiatan ataupun Reels video. Menurut jurnalis Mata Najwa, Najwa Shihab, Tidak ada istilah 'ibu paruh waktu'. "Kita semua tetap Ibu seutuhnya walau sebagian dari kita berkarya dan bekerja di luar rumah. Tidak ada Ibu yang sempurna, pengasuhan adalah urusan bersama," tuturnya pada Kamis, 19 September 2024.

Menurut Najwa, ibu tetaplah ibu seutuhnya meskipun dia bekerja di luar rumah. "Saya tahu ini bukan sesuatu yang gampang diresapi dan saya tahu perasaan bersalah itu sesuatu yang sangat wajar dan saya tahu ini lebih gampang diomongkan daripada dilakukan, karena saya pun merasa bersalah dan saya tahu setiap ibu juga merasa bersalah ini," tutur Najwa.

Perasaan bersalah yang dia maksud adalah ketika ibu harus meninggalkan anaknya untuk keluar rumah. Ataupun ketika ibu harus merelakan sang anak diasuh oleh orang lain saat dia tidak berada di rumah.

Najwa juga menekankan bahwa tidak ada ibu yang sempurna. Pengasuhan anak juga adalah urusan bersama. Seperti, bersama suami, orang tua, mertua, saudara, lingkungan, hingga bersama anak-anak itu sendiri. Pengasuhan itu banyak polanya dan berbeda tiap keluarga.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati juga membagikan kisahnya sebagai seorang pemimpin lembaga juga sebagai ibu rumah tangga. Sri Mulyani menilai perempuan sejak lahir memang dihadapkan pada norma-norma yang berbeda dengan laki-laki, yang kadang membatasi ruang gerak dan upaya kita untuk mengembangkan potensi diri. Namun, bukan berarti perempuan tidak bisa menjadi pemimpin.

"Menjadi pemimpin yang terpenting adalah kesiapan diri. Seorang pemimpin harus kompeten, berintegritas, dan profesional. Sebagai seorang perempuan, kita juga dianugerahi kelebihan, yaitu sensitivitas dan kepekaan yang lebih dominan sehingga kebanyakan perempuan lebih mudah berempati," ucap Sri Mulyani.

Menurutnya, hal ini adalah modal yang baik bagi perempuan untuk menjadi pemimpin yang humanis, namun tetap harus diimbangi oleh kemampuan berpikir rasional yang kuat agar kita bisa mengambil keputusan yang tepat dan bijaksana.

"Jadi, jangan pernah takut dan ragu. Percaya akan kemampuan diri sendiri. To be a woman is a blessing. So be tough and proud of it (Menjadi seorang wanita adalah sebuah anugerah. Maka dari itu, berpikirlah dan berbanggalah akan hal itu)," ucap Sri Mulyani. 

Pilihan Editor: Hari Kartini, Najwa Shihab: Merayakan Kartini Sama dengan Merayakan Perempuan

MELYNDA DWI PUSPITA

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."