Benarkah Bayi yang Lahir di Masa Pandemi Berisiko Tinggi Mengidap Autisme?

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Ecka Pramita

google-image
Ilustrasi bayi tidur. Foto: Unsplash.com/Hessam Nabavi

Ilustrasi bayi tidur. Foto: Unsplash.com/Hessam Nabavi

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Sebuah studi baru menemukan apakah stres akibat pandemi atau paparan COVID-19 selama kehamilan dapat menyebabkan peningkatan angka autisme pada anak-anak.

Banyak laporan di masa lalu yang mengklaim bahwa bayi yang lahir selama pandemi COVID-19 mungkin menghadapi kemungkinan lebih tinggi untuk mengalami autisme. Namun, sebuah studi baru yang diterbitkan di JAMA Network Open membantah ketakutan ini terkait bayi di era pandemi.

Studi yang dilakukan oleh tim di Columbia University Irving Medical Center di New York City, menantang kekhawatiran bahwa stres akibat pandemi atau paparan virus SARS-CoV-2 selama kehamilan dapat menyebabkan peningkatan angka autisme pada anak-anak. Bertentangan dengan ekspektasi, mereka tidak menemukan hubungan antara keadaan darurat kesehatan dan perkembangan autisme pada bayi.

Apa yang ditemukan para peneliti?

Penelitian ini meneliti hampir 2.000 balita yang lahir sebelum dan selama pandemi, dengan fokus pada anak-anak berusia antara 16 dan 30 bulan. Mereka menggunakan alat skrining umum yang disebut Daftar Periksa yang Dimodifikasi untuk Autisme pada Balita, Direvisi (M-CHAT-R), untuk mencari tanda-tanda awal autisme. Kuesioner laporan orang tua membantu mengidentifikasi anak-anak yang mungkin mendapat manfaat dari evaluasi yang lebih komprehensif untuk gangguan spektrum autisme.

Para peneliti tidak menemukan perbedaan yang signifikan dalam skrining autisme positif antara anak-anak yang lahir sebelum pandemi dan mereka yang lahir selama pandemi. Selain itu, anak-anak dari ibu yang dites positif COVID-19 selama kehamilan sebenarnya menunjukkan tingkat skrining autisme positif yang lebih rendah dibandingkan dengan mereka yang tidak terinfeksi.

Menurut Dani Dumitriu, seorang profesor madya pediatri dan psikiatri serta penulis senior studi tersebut, "Risiko autisme diketahui meningkat dengan hampir semua jenis paparan terhadap ibu selama kehamilan, termasuk infeksi dan stres. Skala pandemi COVID membuat dokter anak, peneliti, dan ilmuwan perkembangan khawatir bahwa kita akan melihat peningkatan angka autisme.

Namun, yang melegakan, kami tidak menemukan indikasi peningkatan tersebut dalam studi kami.”Mereka menambahkan, “Ada spekulasi luas tentang bagaimana generasi COVID berkembang, dan studi ini memberi kita secercah jawaban pertama sehubungan dengan risiko autisme.”

Dumitriu menyimpulkan, “Anak-anak yang berada di dalam rahim pada awal pandemi kini mencapai usia ketika indikator awal autisme akan muncul, dan kita tidak melihatnya dalam studi ini. Dan karena diketahui bahwa autisme dipengaruhi oleh lingkungan prenatal, hal ini sangat meyakinkan.”

Pilihan Editor: Tallulah Willis Didiagnosis Autisme: Ini Mengubah Hidup Saya

HINDUSTAN TIMES 

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."