Profil Era Soekamto, Desainer Fashion yang Merawat Batik Lebih dari Sekadar Busana

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Ecka Pramita

google-image
Desainer batik dan culture enthusiast, Era Soekamto/Foto: Instagram/Era Soekamto

Desainer batik dan culture enthusiast, Era Soekamto/Foto: Instagram/Era Soekamto

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Nama desainer Era Soekamto sangat melekat dengan batik dan kebaya. Kedua karya warisan bangsa Indonesia ini berhasil ia menaikkan pamornya ke panggung fashion internasional melalui sentuhan khas Nusantara. Koleksi Era juga sering menghiasi catwalk Jakarta Fashion Week. Era dikenal tidak hanya mencinta kain Indonesia sebagai bagian dari adibusana, tetapi ia juga peduli pada kebudayaan Jawa lainnya.

Perempuan kelahiran Lombok, 3 Mei 1976 ini dikenal sebagai desainer fashion batik dan kebaya. Sejak kecil Era dibesarkan oleh keluarga yang mencintai budaya dan kain Indonesia. Ibunya adalah ibu rumah tangga yang mengoleksi kain dan sering menuturkan makna setiap kain yang tersimpan dalam lemarinya. Kini, Era menjadi sosok yang peduli, konsisten, dan melestarikan warisan budaya Indonesia, terutama budaya Jawa. Baginya, batik dan kebaya bukan hanya komoditas, tapi juga simbol perjuangan.

Ihwal kain dan budaya memang bukan hal baru bagi Era. Wanita berambut panjang, yang memiliki tutur kata dan nada bicara halus namun lugas, ini memiliki kemampuan dan kiprah semanis wajahnya. Sebagai orang muda, Era memiliki kemampuan untuk mengembangkan kain lokal Indonesia. Pada 2010, misalnya, Era pernah membawakan teknik membatik di luar pakem dengan teknik fractal, yakni memecahkan rumus matematika yang dibuat sedemikian rupa sehingga menghasilkan batik Sekar Jagat.

Era dibesarkan oleh keluarga yang mencintai budaya dan kain Indonesia. Ayahnya seorang kontraktor. Ibunya adalah ibu rumah tangga yang mengoleksi kain dan sering menuturkan makna setiap kain yang tersimpan dalam lemarinya. "Almarhumah ibu saya pernah bilang, kain adalah harta karun yang harus dihargai dan dimengerti prosesnya," kata Era.

Bermain-main dengan kain daerah, mendengar cerita di balik kain, proses pembuatan, mendengarkan klonengan serta musik keroncong merupakan kegemaran orang tuanya yang menitis pada diri Era. "Saya suka kain dan budaya Indonesia," ujar Era yang memutuskan menjadi perancang sejak kelas lima sekolah dasar. Menjadi perancang membuat Era lebih dekat dan memahami kain serta budaya Indonesia.

Era menempuh pendidikannya di LaSalle College of the Arts, yang merupakan institusi seni dan desain pasca-sekolah menengah publik di Singapura. Setelah lulus, ia berkesempatan untuk mengajar di LaSalle College Jakarta, sebagai pengajar fashion design selama 9 tahun. 

Tak lama kemudian ia menjadi program director dan pengajar di Indonesia International Fashion institute pdaa tahun 2006-2008. Tak berhenti di sana, Era menjadi fashion designer dan creative director di PT Urban Crew Indonesia pada tahun 1997. Pada tahun 2012 ia dipercaya untuk menjadi Direktur Kreatif Iwan Tirta Private Collection.

Karya-karya telah Era buat berhasil meraih berbagai penghargaan, di antaranya adalah Runner Up Indonesia Young Designer Contest (Jakarta), Runner Up Asian Young Designer Contest (Singapore), dan Best Up-coming Designer by A+ Magazine.

Menjaga Amanah Iwan Tirta 

Koleksi Condro Sengkolo runwaycollection2017. Era Soekamto - creative director Iwan Tirta Private Collection

Direktur Kreatif Iwan Tirta Private Collection. "Saya bersyukur dipercaya meneruskan warisan luhur meski terbilang baru bergabung sejak Februari lalu," kata wanita berusia 36 tahun yang biasa disapa Era ini.

Baginya, bukan hal mudah mengemban tugas mulia tersebut. Menurut Era, dunia sudah mengetahui nama besar dan kiprah Iwan Tirta dalam mengembangkan koleksi batik Indonesia. "Kepercayaan ini adalah menjaga amanah yang akan saya buktikan dengan kerja keras," kata Era saat wawancara melalui pesan singkat Blackberry dan surat elektronik. Karena itu, dari 29 Mei lalu hingga 8 Juni mendatang, ia berada di Spanyol dan akan berkeliling Eropa untuk tugas di ITPC.

Untuk menjalankan tugas baru tersebut, Era mengaku aktif melakukan riset dan napak tilas ke setiap pemikiran Iwan Tirta. Dia pun berkomitmen untuk konsisten menghadirkan pemikiran Iwan Tirta pada setiap koleksi terbaru dengan sentuhannya nanti.

"Pemikiran Iwan Tirta akan tetap hadir dalam koleksi kreasi terbaru yang disesuaikan dengan fashion kekinian yang menjadi tugas saya untuk mempertajam, sekaligus me-refresh produk yang sudah beliau kerjakan," papar Era yang dipercaya melanjutkan warisan 10 ribu motif batik berikut pakem dan filosofi Iwan Tirta, baik dalam kain batik, busana pria, maupun wanita.

Era menerangkan, dia dipilih untuk menempati posisi tersebut oleh Daniel Sugiarto, Direktur Operasional ITPC, karena dia termasuk orang yang memiliki kemampuan mengembangkan batik dan budaya Jawa. Menurut dia, benang merah pada pakem serta filosofi Iwan Tirta adalah bukan semata pencipta batik, tapi juga tokoh yang peduli, konsisten, dan melestarikan heritage Indonesia, terutama budaya Jawa. "Batik is not only commodity, tapi juga simbol perjuangan, identitas bangsa, dan buatan wanita Indonesia. Filosofinya sangat dalam, baik sejarah maupun spiritual. Hal ini yang dimiliki beliau yang juga menjadi panggilan dalam diri saya jauh sebelum bergabung," ujarnya.

Selama berada di Spanyol dan berkeliling Eropa, ia bersama timnya menjemput bola, berusaha mendekatkan diri kepada para pelanggan dan pecinta karya Iwan Tirta yang tersebar di mancanegara. Karya-karya batik Iwan Tirta memang disukai dan telah dikenakan oleh beberapa kepala negara, seperti Ratu Elizabeth II, Ratu Sophie dari Spanyol, Ratu Juliana dari Netherland, dan Bill Clinton. "Kalau di Indonesia, beliau sudah melegenda, sharing ke luar negeri begini seperti riset yang mendekatkan kembali warisan beliau dengan cita rasa masa kini yang saya emban," ucapnya.

Batik Lebih dari Sekadar Kain

Karya desainer Era Soekamto di KAART JAGAT persembahan IPMI dan Fashion Nation dalam rangka menyambut Hari Batik Nasional yang digelar pada Selasa, 26 September 2023 di Senayan City, Jakarta/Foto: Doc. IPMI

Kain batik telah menunjukkan eksistensi dengan ragamnya yang menarik. Batik tak lagi menyinggahi ruang-ruang eksklusif, tetapi telah menjelma dalam berbagai gaya yang bisa kita temukan di mana saja. Tidak heran jika banyak orang yang terlanjur asyik memakai batik.

Tujuan utamanya bukan untuk membuat banyak orang menjadi lebih hapal dengan ragam motif batik serta sejarah dan artinya, tetapi lebih mendasar lagi yaitu bagaimana memahami batik dalam jiwa yang dapat mencakup dimensi yang lebih mendalam dari sekadar estetika.

Namun, benarkah kita hanya mengenakan batik dalam berbagai kesempatan tanpa memahami asal sejarah dan makna di baliknya? Mulai dari ragam motif, proses pembuatan, rupa cara melestarikan hingga batik sebagai simbol siklus kehidupan? Lantas, makna apa yang melampaui makna batik sebagai busana? 

Era Soekamto mengatakan jika batik bukan sekadar kain atau busana yang dibubukan oleh malam atau lilin dalam selembar kain, tetapi ada jiwa dan linuwih-nya (kelebihan). Bukan hanya mengerti artinya, tetapi sudah saling terjalin dalam budaya kita. 

"Batik bukan hanya benda atau komoditas, tetapi batik adalah jiwanya kita. Ini menjadi pesan moral buat kita semua kalau ini kita ini punya feel peradaban yang besar. Manifestasinya ialah adi manungsa atau insan kamil," ucapnya saat ditemui di fashion show KAART JAGAD yang dipersembahkan Ikatan Perancang Mode Indonesia, Selasa, 26 September 2023. 

Pilihan Editor: Hari Batik Nasional, Desainer Era Soekamto Ingatkan Makna Batik Bukanlah Sekadar Busana

HADRIANI P | TEMPO | KELAS KITA 

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."