Kiat Membatasi Diri Dalam Mengikuti Tren Liburan dan Hiburan

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Rezki Alvionitasari

google-image
Ilustrasi belanja di bawah teriknya sinar matahari. Foto: Freepik.com

Ilustrasi belanja di bawah teriknya sinar matahari. Foto: Freepik.com

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Psikolog Pendidikan dan dosen Fakultas Pendidikan Psikologi Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Adhissa Qonita, memberi sejumlah tips agar seseorang dapat membatasi diri dalam mengikuti tren hiburan, seperti menonton konser, pergi liburan, dan berbelanja online.

Menjelang akhir tahun, kegiatan hiburan di Indonesia semakin bertambah, mulai dari konser, promo liburan, dan lainnya. Namun, sebelum mengambil keputusan untuk melakukan kegiatan hiburan di atas, Adhissa menyarankan seseorang untuk memikirkan kembali seberapa penting hal tersebut untuk dilakukan.

"Ini nggak harus FOMO (Fear of Missing Out), konteksnya adalah bagaimana cara kita mengerem diri, secara umum kita bisa melihat ke diri kita sendiri sebelum kita menyimpulkan dan menyelesaikan sesuatu," kata Adhissa dikutip dari Antara.

Menurutnya, penting bagi seseorang untuk berpikir sejenak sambil melihat faktor kerugian dan keuntungan suatu kegiatan hiburan sebelum melakukannya, terutama yang bersifat tren belaka. Jangan lupa untuk melihat ketersediaan anggaran dan tenaga sebelum melakukan suatu kegiatan hiburan.

"Kalau berpikirnya tergantung ke orang masing-masing, tapi tidak harus sehari, sebenarnya cuma butuh beberapa menit saja dan kita bisa melihat pro dan kontranya, take a time dulu," ujar dia.

"Secara keuangan, memenuhi nggak kita (jika menggunakannya untuk kegiatan hiburan), kalau pun memenuhi apakah uangnya akan dipakai untuk kebutuhan lain atau tidak?" Sambungnya.

Lebih lanjut, ia menilai terkadang sulit menentukan prioritas tiap orang karena tidak semuanya memiliki prioritas yang sama. Selama seseorang tidak terjerumus dalam mengikuti tren secara berlebihan, kegiatan hiburan sah-sah saja untuk dilakukan.

"Yang penting supaya kita tidak terjerumus dengan tren, kita lihat juga keuangan dan tenaganya," kata Adhissa.

Dia menambahkan, "Jadi, kembali lagi ke diri sendiri. Cek ulang apa baik dan buruknya (kegiatan hiburan tersebut), kita pasti akan berhenti melakukannya kalau ujung-ujungnya banyak buruknya".

Misalnya menonton konser. Akhir-akhir ini, banyak konser dari artis dalam negeri maupun luar negeri yang digelar di Indonesia, dan tidak sedikit masyarakat ikut serta dalam kegiatan tersebut.

Alih-alih menikmati konser, banyak dari individu tersebut yang memaksakan diri dan berujung hanya mengikuti tren saja. Oleh karena itu, jangan lupa untuk melihat faktor keuntungan maupun kerugian dari suatu kegiatan hiburan agar tidak terjebak dalam fenomena FOMO berlebihan.

"Mengukur diri itu wajib, kita harus lihat dari dua sisi yang menguntungkan atau merugikan kita," katanya. "Kalau kita merasa hal itu masih menguntungkan, jangan-jangan itu bukan FOMO, tapi kebutuhan sifatnya."

Pilihan Editor: 8 Istilah Baru untuk Tren Liburan 2025: Nostalgication hingga Flexiscape

ANTARA

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."