Aktris Pendukung Terbaik Piala Citra 2014 hingga 2023

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Silvy Riana Putri

google-image
Christine Hakim dalam film Perempuan Tanah Jahanam.

Christine Hakim dalam film Perempuan Tanah Jahanam.

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Dalam ulasan Finance & Career kali ini, kita mengenal lebih dekat para aktris pendukung terbaik yang meraih Piala Citra selama 10 tahun ke belakang, dari 2014-2023. Deretan nama ini bukan wajah baru bagi industri perfilman Indonesia. Bahkan ada aktris legendaris yang menyabet penghargaan itu tiga kali, lho.

Tanpa berlama-lama lagi, berikut profil singkat mereka yang dihimpun dari berbagai sumber.

1. Ratu Tika Bravani, Soekarno, 2014

Ratu Tika Bravani, lahir di Denpasar, 17 Februari 1990. Dia tumbuh besar di Jakarta. Dalam kehidupan pribadinya, Tika menikah dengan aktor Indonesia Dimas Aditya pada 7 Agustus 2016 di Jakarta Selatan. Pasangan selebriti ini semakin memantapkan karier mereka di panggung hiburan Indonesia.

Pada tahun 2009, Tika mengikuti ajang Abang None DKI Jakarta dan menjadi pemenang None Jakarta Barat, yang memperkenalkannya ke dunia hiburan. Kariernya dimulai dengan film Alangkah Lucunya (Negeri Ini), di mana dia berperan sebagai Pipit dan masuk nominasi Piala Citra 2010. Dia juga dinominasikan di Indonesian Movie Awards 2011.

Tika Bravani dalam film Soekarno. Foto: Tangkapan layar YouTube

Setelah itu, Tika membintangi berbagai film, termasuk Make Money, Soekarno: Indonesia Merdeka, dan Athirah. Dia juga aktif berperan di FTV dan sinetron. Beberapa sinetron yang pernah ia bintangi, yaitu: Bidadari-Bidadari Surga (2013), Santri Galau (2014), Candra Kirana (2016), Tukang Ojek Pengkolan (2017), Istri Dari Masa Depan (2017)

Kariernya semakin bersinar dengan penghargaan, termasuk Piala Vidia 2012 untuk Pemeran Pendukung Wanita FTV Terbaik. Dua tahun kemudian, dia menyabet Piala Citra sebagai aktris pendukung terbaik dan Aktris Terpuji di Festival Film Bandung berka perannya di Soekarno.

2. Christine Hakim, Pendekar Tongkat Emas, 2015

Herlina Christine Natalia Hakim atau lebih dikenal Christine Hakim lahir di Kuala Tungkal, Jambi, pada 25 Desember 1956. Dia adalah putri dari Hakim Thahar dan Oma Nurhadiaty Hakim. Dibesarkan di Yogyakarta, Christine memiliki latar belakang keluarga yang beragam, dari keturunan Aceh, Minang, Pekalongan, Madiun, dan Timur Tengah.

Pada awal kariernya, Christine bercita-cita menjadi arsitek atau psikolog. Dia tidak memiliki niatan untuk menjadi aktris. Namun, takdirnya berubah setelah ia terlibat dalam film Cinta Pertama karya Teguh Karya pada tahun 1973.

Debutnya di film tersebut membawa dia meraih Piala Citra untuk Pemeran Utama Wanita Terbaik. Sejak saat itu, Christine mulai membintangi berbagai film dan namanya semakin dikenal luas.

Pada tahun 1974, Christine berperan dalam film Kawin Lari yang juga disutradarai oleh Teguh Karya. Selanjutnya, dia membintangi sejumlah film lainnya, seperti Sesuatu yang Indah, Si Doel Anak Modern, Badai Pasti Berlalu, Petualang-Petualang, Tjoet Nja' Dhien, Kartini, Perempuan Tanah Jahanam, dan banyak lagi.

Christine Hakim dalam film Kartini.

Berbekal pengalaman aktingnya, Christine menjajal peran produser dan memproduksi film pertamanya, Daun di Atas Bantal, yang tayang di Festival Film Cannes pada 1998. Pada 2001, dia memproduksi Pasir Berbisik, di mana dia juga berperan sebagai pemeran utama. Film tersebut ditayangkan di Festival Film Asia Deauville.

Christine juga membintangi beberapa serial yang dinikmati penonton, di antaranya Sementara, Selamanya (2020) dan The Last of Us (2023).

Selama lebih dari 50 tahun berkarya, dia telah menyabet sejumlah penghargaan antara lain lima Piala Citra untuk kategori Pemeran Utama Wanita Terbaik. Namanya juga kerap keluar sebagai pemenang di kategori Pemeran Pendukung Wanita Terbaik. Selama 10 tahun belakangan, Christine diketahui menyabet tiga piala kategori tersebut berkat perannya di Pendekar Tongkat Emas (2015), Kartini (2017), dan Perempuan Tanah Jahanam (2020).

Christine Hakim juga telah meraih Penghargaan seumur hidup dari Festival Film Indonesia, Indonesian Movie Actors Awards, dan Festival Film Internasional Cinemanila.

3. Raihaanun, Salawaku, 2016

Siti Hafar Raihaanun Nabila atau Raihaanun, lahir di Jakarta, 7 Juni 1988. Dia pernah menikah dengan Teddy Soeriaatmadja selama 16 tahun pernikahan dan dikaruniai tiga anak.

Raihaanun memulai kariernya sebagai finalis GADIS Sampul pada tahun 2003. Kariernya semakin meningkat setelah membintangi berbagai iklan dan sinetron. Namanya semakin melambung saat dia berperan sebagai pemeran utama dalam film remake Badai Pasti Berlalu pada tahun 2007, yang menunjukkan kualitas aktingnya.

Film-film lainnya yang dibintangi oleh Raihaanun antara lain Heart-Break.com (2009), Lovely Man (2011), Salawaku (2016), 27 Steps of May (2018), Twiortiare (2019), Everyday is a Lullaby (2020), Affliction (2021), dan Puisi Cinta yang Membunuh (2023).

Raihaanun dalam film Salawaku. Foto: Tangkapan layar YouTube

Dia juga telah meraih berbagai penghargaan dalam karier aktingnya, antara lain sebagai Pemeran Utama Wanita Terbaik untuk Lovely Man di Indonesian Movie Actors Awards 2012, Pemeran Pendukung Wanita Terbaik untuk Salawaku di Festival Film Indonesia 2016 dan Indonesian Movie Actors Awards 2017, serta Aktris Utama Pilihan untuk 27 Steps of May di Festival Film Tempo 2018.

Dia juga mendapat penghargaan Best Actress untuk 27 Steps of May di ASEAN International Film Festival and Awards 2019, Pemeran Utama Wanita Terbaik untuk film yang sama di Festival Film Indonesia 2019, Aktris Utama Terpilih di Piala Maya 2020, dan Aktris Utama Terbaik Genre Horor untuk Affliction di Festival Film Wartawan Indonesia 2021.

4. Dea Panendra, Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak, 2018

Dea Panendra lahir di Bandung pada 18 Januari 1991. Dia memulai kariernya di dunia hiburan melalui ajang pencarian bakat Indonesian Idol 2010.

Dea terhenti di babak spektakuler 11 besar Indonesian Idol setelah membawakan lagu "Baru Aku Tahu Cinta Itu Apa" dari Indah Dewi Pertiwi. Meski demikian, dia melanjutkan kariernya dengan tampil dalam drama musikal Laskar Pelangi pada Desember 2010 setelah lolos audisi yang diadakan oleh komposer Erwin Gutawa. Tiga tahun kemudian, Dea berperan sebagai Burung Cenderawasih dalam Timun Mas.

Dea Panendra dalam film Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak. Foto: Tangkapan Layar YouTube

Dea aktif mengikuti casting film setelah tampil di panggung teater. Meskipun gagal dalam casting film 3 Dara, ia dilirik oleh sutradara Mouly Surya untuk peran Novi, wanita hamil, dalam film Marlina: The Murderer in Four Acts.

Perannya sebagai Novi mendapatkan banyak pujian dan penghargaan. Dea meraih Aktris Pendatang Baru Terbaik di Piala Maya 2017, Aktris Pendukung Terbaik di Cinema Awards 2017, dan Aktris Pendukung Terbaik di Piala Citra 2018.

Dia juga terpilih sebagai pemeran pasangan terbaik di Indonesian Movie Actor Award 2018.

5. Cut Mini, Dua Garis Biru, 2019

Cut Mini kelahiran Jakarta pada 30 Desember 1973. Dia adalah anak bungsu dari tujuh bersaudara, putri pasangan T. Usman Abdullah dan Cut Dermawan. Mini menikah dengan Muhammad Safril Sarwono pada tahun 2000.

Sejak umur 15 tahun, dia memulai kariernya menjadi foto model di majalah remaja. Dia juga ditawarkan oleh rumah produksi di Malaysia untuk bermain film sinetron Catatan si Boy.

Kemudian dia berperan dalam beberapa sinetron seperti Olga, Sepatu Roda, Permata Hati, Kejarlah Daku Kau Kutangkap, Gara-gara Inul, Kiri Istri Kanan Mertua, Dunia Tanpa Koma, Gara-gara Cinta, Kutunggu Kau Di Pasar Minggu, Berkah Ummi Aisyah, Nyanyian Terakhir Luna, Betapa Aku Mencintaimu, Cinta yang Tertukar, Nongkrong di Warung Kopi hingga 3 Semprul Mengejar Surga.

Cut Mini dalam film Dua Garis Biru. Foto: YouTube

Kemudian, dia memulai karier di layar lebar berperan sebagai Meimei dalam film Arisan pada tahun 2003. Berkat perannya tersebut, Cut Mini berhasil mendapatkan nominasi Most Favourite Actress di MTV Indonesia Movie Awards 2004.

Setelah itu, dia menerima banyak tawaran untuk membintangi film. Beberapa judul yang pernah dibintanginya meliputi Fantasi, Laskar Pelangi, Kawin Kontrak Lagi, Kembang Perawan, Meraih Mimpi, Arisan! 2, Koala Kumal, Ini Kisah Tiga Dara, Athirah, Me vs Mami, Posesif, 3 Dara 2, dan Jangan Salahkan Tuhan.

Melalui film-filmnya, Cut Mini meraih banyak penghargaan, seperti Pemeran Utama Wanita Terbaik di Indonesian Movie Actors Awards 2017 dan Piala Citra di Festival Film Indonesia 2016 untuk film Athirah. Berkat perannya di film Dua Garis Biru, Cut Mini dinobatkan sebagai aktris pendukung terbaik versi Piala Citra 2019.

6. Marissa Anita, Ali & Ratu Ratu Queens, 2021

Marissa Anita lahir pada 29 Maret 1983 di Surabaya, Jawa Timur. Dia adalah anak tengah dari tiga bersaudara dan satu-satunya anak perempuan. Ibundanya berdarah Minang, sementara sang ayah berasal dari Jawa-Tionghoa.

Marissa Anita sempat magang di majalah Indonesia Tatler saat kuliah, kemudian menjadi reporter di Metro TV pada 2008. Pada 2013, dia pindah ke NET untuk membawakan Indonesia Morning Show. Sejak 2020, ia bergabung dengan Narasi TV milik Najwa Shihab, membawakan SEA Morning Show.

Marissa Anita. Foto : Linkedin

Marissa Anita memulai karier aktingnya pada 2010 dengan film pendek Broken Vase. Sejak itu, dia  membintangi berbagai film antara lain Selamat Pagi, Malam, Galih dan Ratna, Gundala, Perempuan Tanah Jahanam, dan Ali dan Ratu Ratu Queens.

Berkat kualitas aktingnya yang mumpuni, Marissa telah mengantongi sejumlah penghargaan antara lain Aktris Pendatang Baru Terpilih Piala Maya 2014 dan nominasi Pemeran Pembantu Wanita Terpuji di Festival Film Bandung 2021. Dia juga telah meraih Piala Citra 2021 di kategori Pemeran Pendukung Wanita Terbaik berkat perannya di Ali & Ratu Ratu Queens.

7. Putri Marino, Losmen Bu Broto, 2022

Ni Luh Dharma Putri Marino atau kerap disapa Putri Marino, aktris kelahiran 4 Agustus 1993 di Denpasar, Bali. Dia merupakan anak pertama dari pasangan Francesco Marino berasal dari Italia dan Marianna Rupadmi berdarah Bali.

Saat menginjak usia 20 tahun, Putri merintis karier di dunia hiburan. Bertolak ke ibu kota, Putri debut  menjadi host dalam salah satu acara petualangan alam di televisi swasta.

Putri Marino dalam film Losmen Bu Broto. Foto: Tangkapan layar YouTube

Kemudian, dia terjun ke dunia akting membintangi Posesif.  Dia berperan sebagai Lala dan beradu akting bersama Adipati Dolken.

Berkat aktingnya di film yang dirilis 2017 itu, dia memenangkan kategori Pemeran Utama Wanita Terbaik dalam Ajang Festival Film Indonesia atau Piala Citra 2017 dan Indonesian Movie Actors Awards 2018 untuk Pemeran Pendatang Baru Terbaik.

8. Prilly Latuconsina, Budi Pekerti, 2023

Prilly Mahatei Latuconsina atau Prilly Latuconsina lahir di Tangerang, 15 Oktober 1996. Dia merupakan anak sulung dari pasangan Rizal Latuconsina yang berasal dari Ambon dan Ully Djulita berdarah Sunda. Prilly memiliki seorang adik laki-laki bernama Raja Latuconsina.

Sedari kecil, Prilly sering mengikuti kontes modeling. Kemudian dia mendapat kesempatan tampil dalam program Koki Cilik di Trans 7.  Debut pertamanya di akting lewat membintangi Get Married the Series 1.

Saat memasuki usia 18 tahun, dia berperan sebagai Sisi dalam sinetron Ganteng-Ganteng Serigala. Perannya dalam sinetron tersebut semakin melambungkan nama dia sebagai aktris.

Beberapa sinetron lain yang pernah dia bintangi adalah Get Married the Series (2010), Hanya Kamu (2013), Hanya Kamu 2 (2013), Monyet Cantik 2 (2013), Get Married The Series 2 (2013), Ganteng Ganteng Serigala Returns (2015), Betapa Aku Mencintaimu (2016), Cinta dan Rasa (2016), dan Bawang Merah Bawang Putih (2017).

Film Budi Pekerti merilis teaser poster dan memperkenalkan para pemeran utama, salah satunya Prilly Latuconsina/Foto: Doc. Rekata

Kemudian, dia mengasah kemampuan aktingnya di layar lebar dengan membintangi sejumlah film seperti Honeymoon, La Tahzan, Surat Untukmu, Hangout, Danur, Insya Allah Sah, dan Budi Pekerti.

Dia juga menjajal dunia serial web dengan membintangi Negeri 5 Menara (2019) dan meraih kesuksesan besar melalui My Lecturer My Husband (2020) serta sekuelnya pada 2022.

Tak hanya berakting, Prilly juga menunjukkan bakatnya di balik layar sebagai produser. Pada tahun 2019, dia mendirikan rumah produksi Sinemaku Pictures bersama Umay Shahab, di mana ia menjabat sebagai Executive Producer dan Chief Marketing Officer.

Film debutnya sebagai produser, Kukira Kau Rumah (2022), meraih sukses besar dengan menarik lebih dari 2 juta penonton hanya dalam 15 hari, meskipun di tengah pandemi.

Dari deretan penghargaan yang dimenangkan, Prilly Latuconsina meraih Piala Citra 2023 untuk  Pemeran Pendukung Perempuan Terbaik berkat perannya di Budi Pekerti. Prilly juga telah membawa piala dari Indonesian Movie Actors Awards, Panasonic Gobel Awards, hingga penghargaan Dahlia.

Pilihan Editor: Christine Hakim Terima Lifetime Achievement Award di Malaysia Golden Globe Award 2024

ZHAHIRA REKA FIRDANIA | DARI BERBAGAI SUMBER

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."