CANTIKA.COM, Jakarta - Prilly Latuconsina adalah artis tanah air yang terkenal sejak remaja. Ia memulai kariernya sebagai talent di program "Bocah Petualang" dan "Koki Cilik," sebelum akhirnya berperan dalam berbagai sinetron dan film layar lebar.
Sebagai seorang bintang artis yang mahir dalam dunia akting, ia kini kembali berperan sebagai pemeran utama dalam film terbarunya, "Bolehkah Sekali Saja Kumenangis" akan tayang pada bulan Oktober 2024 . Selain itu, ia juga berperan sebagai produser bersama Umay Shahab dan Yahni Damayanti.
Film ini terinspirasi dari lirik lagu "Runtuh" yang dinyanyikan oleh Feby Putri dan Fiersa Besari. Film Bolehkah Sekali Saja Kumenangis menceritakan tentang kehidupan seseorang yang memendam berbagai masalah, hingga akhirnya tidak bisa lagi menahan beban tersebut. Kisah ini mewakili perasaan banyak orang yang terlihat baik-baik saja, padahal sedang memikul banyak beban.
Dalam acara Bloom Media "Haloha Hati" Season 6, Prilly Latuconsina hadir sebagai bintang tamu. Dalam obrolan tersebut, ia menjelaskan cerita film yang ia bintangi dan membahas tentang hubungan toxic.
Dalam obrolan tersebut, ia dan tim filmnya sudah melakukan diskusi dengan psikolog, Komnas HAM Perempuan, dan Ikatan Advokat untuk mengatasi isu-isu seperti yang ada di film tersebut.
Prilly mulai menjelaskan hubungan yang tidak sehat atau toxic, yang ternyata banyak dialami oleh orang-orang. Ia menekankan bahwa penyebabnya bukan hanya ketakutan akan pendapat orang lain, tetapi juga karena mereka sudah terbiasa dan menganggap perilaku toxic tersebut sebagai hal yang normal dalam hidup mereka.
“Banyak orang yang gak bisa keluar dari toxic relationship tuh bukan takut sama omongan orang doang, tapi dari dirinya sendiri sudah menormalisasi perilaku toxic tersebut” ucap Prilly.
Ia juga menambahkan bahwa, orang bisa menormalisasi perilaku toxic karena beberapa alasan. Salah satunya adalah pengalaman trauma di masa lalu, seperti melihat perilaku dari keluarga terutama orang tuanya. Jika seseorang dibesarkan dalam pola asuh yang keras, mereka mungkin mulai menganggap perilaku toxic itu sebagai hal yang biasa. Akibatnya, mereka menerima dan menganggap perilaku tersebut sebagai hal normal dalam hidupnya.
“Kenapa sih orang tersebut bisa menormalisasi kelakuan toxic tersebut?”
“oh mungkin orang tersebut punya trauma di masa lalu, punya suatu trauma, misalnya dia ngeliat bapaknya sendiri kaya gitu atau dia pola asuhnya itu keras. Jadinya dia menormalisasi hal-hal yang keras dan toxic tersebut, karena dari pola asuhnya juga udah toxic” tambahnya.
“Knp orang menormalisasi perilaku yang toxic, ya mungkin masa kecilnya udah sering melihat perilaku toxic jadi toleransi dia tuh tinggi bgt terhadap perilaku-perilaku yang toxic.”
Dia menjelaskan bahwa dalam film tersebut, ia ingin menggambarkan betapa sulitnya bagi seseorang untuk mengakui bahwa mereka tidak baik-baik saja. Banyak orang cenderung menunjukkan diri mereka bahagia, karena berbicara tentang masalah negatif atau sensitif tidak mudah. Dan penting untuk memiliki support system yang tepat, yang bisa membuat kita nyaman dan aman.
Dalam perannya di Film ‘Bolehkah Sekali Saja Ku Menangis’, Prilly merasa dalam karakter yang ia mainkan tampak mirip dengan dirinya sendiri. Fun fact-nya ia mengakui kesulitan untuk terbuka dan memberitahu orang lain bahwa ia baik-baik saja, meskipun terlihat bahagia.
Bukan karena ia mengaitkan dengan keadaan inner child yang terluka atau pola asuh yang toksik. “Gue juga susah banget terbuka, dan ngasih tahu orang kalau gue tuh enggaj baik-baik saja. Happy- happy melulu”
Alasannya, bahwa dia tidak ingin menceritakan hal-hal yang tidak bahagia. Menurutnya, orang lain tidak perlu tahu tentang perjuangannya, dan dia juga tidak suka jika orang mengetahui masalah atau kelemahannya. Dia lebih memilih untuk menyebarkan energi positif.
Pilihan Editor: Alasan Prilly Latuconsina Bujuk Rossa Bikin Film Dokumenter Kisahnya
ZHAHIRA REKA FIRDANIA | YOUTUBE
Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika