Faktor-faktor Penyebab Anak Speech Delay Menurut Dokter

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Rezki Alvionitasari

google-image
Ilustrasi ibu sedang berbincang dengan putrinya. Foto: Pixabay.com/Iqbal Nuril Anwar

Ilustrasi ibu sedang berbincang dengan putrinya. Foto: Pixabay.com/Iqbal Nuril Anwar

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Pengurus Unit Kerja Koordinasi Tumbuh Kembang dan Pediatri Sosial Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Dokter Fitri Hartanto, mengungkapkan terdapat dua faktor penyebab terjadinya keterlambatan bicara atau speech delay. Hal ini pun jadi mengganggu tumbuh kembang pada anak.

"Keterlambatan bicara pada anak dikenali dari dua faktor, yaitu faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik," kata Fitri dalam webinar ‘Mengenali Keterlambatan Bicara pada Anak’ dikutip dari Antara.

Faktor intrinsik speech delay pada anak

Fitri menjelaskan, faktor intrinsik menyebabkan speech delay tipe sekunder yang disebabkan oleh kelainan organ, gangguan saraf, gangguan perilaku, gangguan kognitif, termasuk di dalamnya juga keterlambatan perkembangan (maturation delay).

Faktor ekstrinsik speech delay pada anak

Sementara faktor ekstrinsik menjadi penyebab speech delay tipe primer, di mana keterlambatan terjadi pada aspek bahasa.

1. Anak kurang stimulasi 

Secara umum, faktor ekstrinsik disebabkan oleh stimulasi yang kurang dan pembelajaran yang salah sehingga anak mengalami speech delay.

Menurut dia, kekurangan stimulasi terjadi karena pola asuh anak yang permisif misalnya menuruti kemauan anak tanpa menggunakan bahasa ucapan, tetapi hanya melalui gestur.

2. Anak selalu dilayani

Kondisi ini diperparah dengan pola asuh yang overprotektif, di mana anak selalu dilayani kemauannya agar tidak menangis.

"Kalau hanya meraih tangan atau menunjuk saja sudah diberikan keinginannya dengan harapan agar anak tidak menangis, ini tidak memberi kesempatan anak belajar dengan benar. Harus diperbaiki dengan bahasa ucap," ujarnya.

3. Anak dipaksa belajar banyak bahasa sejak dini

Lebih lanjut Fitri menyampaikan, pembelajaran yang salah biasanya terjadi karena anak dipaksa untuk bilingual atau belajar banyak bahasa di usia awal, alih-alih fokus belajar satu bahasa untuk berkomunikasi.

4. Anak tidak didampingi belajar bahasa 

Kemudian, anak-anak disuruh belajar bahasa secara mandiri tanpa pendampingan orang tua sehingga berisiko mengalami kesalahan dalam kosakata maupun menerjemahkan bahasa.

Ia menyebut, anak-anak perlu distimulasi untuk berbicara tahapan pengenalan, pemahaman, dan pengucapan.

"Tidak bisa anak setelah melalui tahapan pengenalan, anak langsung disuruh mengucap tanpa memahami apa yang diucapkan," ujarnya.

Pilihan Editor: Cara Wulan Guritno Jalin Bonding dengan Anak, Quality Time di Rumah dan Liburan

ANTARA

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."