Prilly Latuconsina Ungkap Penyebab Toxic Relationship dan Cara Keluarnya

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Ecka Pramita

google-image
Prilly Latuconsina. Foto: Instagram/@prillylatuconsina96.

Prilly Latuconsina. Foto: Instagram/@prillylatuconsina96.

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Ada banyak faktor yang menyebabkan seseorang menormalisasi perilaku toxic. Salah satunya adalah pengalaman masa kecil, di mana mereka sering menyaksikan perilaku tersebut, sehingga toleransi mereka terhadap toxic relationship menjadi sangat tinggi karena sudah merasakan sendiri. Hal itu disampaikan Prilly Latuconsina dalam Podcast Bloom Media "Haloha Hati" Season 6.

“Makanya kalau kita melihat orang,”kenapa sih nih orang misalnya udah dipukulin, sudah diselingkuhin tapi gak bisa keluar dari hubungan itu”, yang ada menurut dia dipukulin diselingkuhin itu normal,” ucap Prilly Latuconsina. 

Ia juga menjelaskan mengapa banyak kasus seperti itu terjadi. Ketika melihat seseorang yang tetap bertahan dalam hubungan, meski sudah mengalami kekerasan, dan orang itu menganggap tindakan tersebut sebagai hal yang normal.

Di tengah penjelasannya tentang hubungan toksik, Firda Indira, host Bloom Media "Haloha Hati," mengungkapkan bahwa ia juga pernah mengalami hubungan yang tidak sehat. Setelah menemukan pasangan yang baik, ia merasa bingung mengapa tidak ada kekerasan atau pertengkaran, bahkan terkadang merasa perlu mencari masalah agar bisa dimarahi.

Bocoum ahmad yang juga merupakan host di acara tersebut ,menambahkan pertanyaan dengan bahwa seharusnya dia bersyukur bisa menemukan hubungan yang sehat, bukan merasa kaget atau bingung.

That’s a good question, tapi kalo gue ngobrol sama psikolog, jadi kalau misalnya orang dari kecil sampai besar dia itu sudah tumbuh sama lingkungan yang toxic, bentuk cinta yang dia tau adalah yang bentuknya toxic jadi ketika dia menemukan bentuk cinta yang lain yang bentuknya sehat, dia bingung ‘apakah ini cinta?’ kok rasanya beda sama yang selama ini gue rasain.”

“Dan kita gak bisa kayak ‘kok lu bisa sih kayak gitu? Kok lu Aneh sih’, kita gak bisa ngomong kayak gitu ke dia karena yang ngerasain dari kecil sampai besar tuh kan dia. Dia tuh tau cinta tuh yang kayak gini, jadi pas dia tau bentuk cinta yang lain dia bingung," jelas Prilly.

Prilly menjelaskan bahwa seseorang yang tumbuh dalam lingkungan toxic hanya mengenal cinta yang tidak sehat. Ketika mereka akhirnya menemukan cinta yang sehat, mereka merasa bingung dan bertanya, "Apakah ini cinta?" Kita tidak bisa menghakimi reaksi mereka, karena mereka sudah terbiasa dengan pengalaman yang berbeda. Kebingungan ini muncul karena mereka tidak pernah mengenal bentuk cinta yang lain.

Dalam penjelasan tersebut Prilly memberikan contoh seperti anak bayi yang perlu diperkenalkan dengan berbagai jenis makanan agar tidak bingung saat besar. Jika hanya diberi makanan yang sama, mereka bisa menjadi picky eater. Hal yang sama berlaku untuk cinta, jika seseorang terbiasa dengan cinta yang toxic, mereka akan merasa bingung ketika menemukan cinta yang sehat.

Bocoum menambahkan pertanyaan, Lalu apa saja cara yang bisa dilakukan agar seseorang sadar akan situasinya dan bagaimana mereka bisa memutus rantai dari hubungan yang tidak sehat? Prilly menyatakan penting untuk menyadari bahwa pola tersebut adalah pola yang tidak baik. Seiring bertambah dewasa, penting untuk mencari cara agar terbiasa dengan cinta yang sehat dan belajar menghargai orang yang menghargai mereka.

“Pertama ya harus tau, pola itu adalah pola yang gak baik. Semakin dewasa kita tau yah, ‘kenapa ya gw sudah dapetin orang yang baik, gue malah pengennya sama yang toxic dan red flag’ ”. 

“Dengan adanya pertanyaan itu bahwa pola ini salah nih, nah ketika lo udah tau polanya salah, lo harus cari tau sendiri gimana caranya ‘gw biar terbiasa dengan cinta yang sehat, gue bisa menghargai orang yang menghargai gue gitu’ ”. ucapnya.

Meskipun proses pemulihan mental dari toxic relationship bisa memakan waktu, langkah pertama yang perlu diambil adalah menyadari dan memulai perubahan dari diri sendiri. Kemudian pertanyaan yang diajukan oleh host Bocoum adalah mengapa dalam hubungan toxic, si korban sulit untuk membuka diri dan cenderung hanya bercerita ketika masalahnya sudah sangat besar. 

“Karena enggak mudah membicarakan sensitif ya. Satu, pasti ada rasa takut di-judge. Dua, ada pasti ada rasa takut dianggap toxic, kita sebagai manusia enggak mau dong ngeliatin ke orang lain hidup kita itu menderita, pasti kita pengen melihat ke orang hidup kita baik-baik saja bahagia,” jelas Prilly.

Pilihan Editor: Inspirasi Outfit Putih ala Prilly Latuconsina, dari Kemeja hingga Cape Blazer

ZHAHIRA REKA FIRDANIA | YOUTUBE

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."