Serupa Tapi Tak Sama, Simak Perbedaan Pecel dan Karedok

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Ecka Pramita

google-image
Nasi pecel. Cookpad

Nasi pecel. Cookpad

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Indonesia memiliki berbagai sajian sayuran segar nan lezat yang tersebar di berbagai daerah. Dua di antaranya yang terkenal adalah karedok dan pecel. Meski sekilas tampak mirip, karedok dan pecel memiliki perbedaan yang cukup signifikan, baik dari bahan, bumbu, hingga cara penyajiannya.

Berikut adalah penjelasan tentang perbedaan pecel dan karedok, hidangan lezat kuliner Nusantara ini.

1. Asal usul

Karedok adalah makanan tradisional khas Sunda, Jawa Barat, yang dikenal dengan cita rasa segar dan autentiknya. Hidangan ini sering kali dijumpai di wilayah Priangan seperti Bandung, Garut, Sukabumi, hingga Bogor, dan menjadi pilihan masyarakat Sunda untuk menikmati sayuran dengan bumbu kacang yang unik.

Sementara itu, pecel berasal dari Jawa Timur dan Jawa Tengah, dan merupakan makanan yang biasa dijumpai di berbagai warung makan maupun rumah makan di kedua provinsi ini. Pecel sudah menjadi makanan yang digemari karena rasanya yang lezat dan bumbu kacangnya yang khas.

2. Jenis sayuran

Perbedaan mencolok antara karedok dan pecel terlihat dari sayuran yang digunakan. Karedok menggunakan sayuran mentah seperti kacang panjang, taoge, daun kemangi, kol, dan mentimun yang disajikan tanpa dimasak setelah dicuci bersih. Sayuran-sayuran ini memberikan sensasi renyah dan segar saat dikonsumsi.

Sebaliknya, pecel menggunakan sayuran yang umumnya direbus terlebih dahulu, seperti bayam, kacang panjang, kangkung, dan daun singkong. Proses perebusan ini membuat sayuran dalam pecel lebih lembut dan mengurangi rasa pahit dari beberapa jenis sayuran.

3. Bumbu kacang

Meski keduanya sama-sama menggunakan bumbu kacang, karedok dan pecel memiliki komposisi dan rasa bumbu yang berbeda. Bumbu karedok cenderung lebih kuat karena menggunakan bahan seperti kencur, cabai, terasi, dan air asam. Campuran bumbu ini memberikan rasa pedas, segar, dan sedikit asam khas makanan Sunda.

Di sisi lain, bumbu pecel biasanya terdiri dari kacang tanah yang ditumbuk dengan cabai, bawang putih, gula merah, dan sedikit air asam jawa. Rasanya lebih manis dan tidak terlalu pedas dibandingkan bumbu karedok. Beberapa daerah juga menambahkan daun jeruk untuk aroma yang lebih wangi.

4. Penyajian

Karedok umumnya disajikan langsung setelah sayuran dicampur dengan bumbu kacang. Sayuran mentah yang segar berpadu dengan bumbu kacang menghasilkan tekstur yang renyah dan rasa yang menggigit. Hidangan ini sering disajikan sebagai makanan pembuka atau pendamping nasi.

Sementara pecel disajikan dengan cara menyiram bumbu kacang di atas sayuran yang sudah direbus. Hidangan ini biasanya disajikan dengan nasi hangat dan sering kali dilengkapi dengan lauk tambahan seperti tempe goreng, tahu, atau peyek. Penyajian pecel yang lebih lengkap membuatnya lebih cocok sebagai hidangan utama.

5. Rasa dan aroma

Rasa karedok cenderung lebih pedas dan tajam karena penggunaan kencur dan sayuran mentah yang segar. Aroma kencur dalam karedok juga lebih kuat, yang menjadi salah satu ciri khas hidangan ini.

Sedangkan pecel memiliki rasa yang lebih manis dan tidak terlalu pedas. Aroma dari bumbu pecel juga cenderung lebih ringan dibandingkan karedok.

Meski sama-sama menggunakan bumbu kacang, karedok dan pecel menyuguhkan pengalaman rasa yang berbeda. Karedok lebih segar dan renyah dengan rasa pedas khas Sunda, sementara pecel lebih lembut dan manis, cocok dengan lidah masyarakat Jawa Timur dan Jawa Tengah.

Bagi pecinta kuliner Nusantara, menikmati kedua sajian ini tentu menjadi cara menyenangkan untuk mengeksplorasi kekayaan rasa dan tradisi kuliner Indonesia.

Pilihan Editor: Liburan Sekolah Akhir Pekan, Yuk Jalan-jalan ke Pasar Kangen Jogja yang Sajikan Kuliner Lawas

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."