TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah studi baru mengungkap sains di balik pria yang mengambil kesimpulan terburu-buru tentang percintaan ketika perempuan bersikap ramah dan perhatian kepada mereka.
Ucapan favorit pria, 'Kupikir kau menyukaiku,' adalah ketakutan terbesar wanita. Hal itu sering terjadi ketika pria salah mengartikan perilaku ramah wanita sebagai rayuan, mencari ketertarikan romantis yang tidak masuk akal. Ketika wanita bersikap sopan dan baik, pria mencari-cari sinyal romantis yang tidak ada dalam sikap ramah mereka.
Mereka berasumsi wanita menyukai mereka. Nah, tampaknya ada banyak ilmu di balik perilaku ini. Sebuah studi yang diterbitkan dalam Frontiers in Psychology menjelaskan peran hormon testosteron yang merupakan hormon seks pria dalam menentukan bagaimana isyarat dipahami.
Banyak psikolog telah mencoba memahami kecenderungan impulsif untuk mengambil kesimpulan dengan cepat, yang menunjukkan bahwa hal itu mungkin memiliki asal usul evolusi. Urgensi tersebut muncul dari rasa takut kehilangan calon pasangan untuk menghindari konsekuensi reproduksi yang buruk. Studi ini berfokus pada dampak testosteron dalam membentuk perilaku pria.
Penulis studi Stefan MM Goetz mengatakan, “Hipotesis persepsi seksual yang berlebihan telah menjadi contoh utama dalam psikologi evolusi. Hipotesis ini menunjukkan bahwa karena keuntungan adaptif dalam meminimalkan peluang kawin yang terlewat, pria cenderung melebih-lebihkan minat seksual.” Goetz menambahkan, “Meskipun para peneliti telah mempelajari banyak pertanyaan 'bagaimana' tentang perbedaan jenis kelamin dalam perilaku, hanya sedikit yang menyelidiki apakah testosteron, hormon yang memediasi sifat-sifat khas pria, terkait dengan bias ini—dan tidak ada yang menunjukkan bukti kausal.” Para peneliti mempelajari sekelompok 190 pria heteroseksual berusia 18 hingga 40 tahun.
Peran citra diri
Testosteron tidak bekerja sendiri dalam menyebabkan pria salah mengartikan keramahan seorang wanita. Daya tarik yang dirasakan sendiri berarti pria yang menganggap diri mereka lebih tampan cenderung lebih menonjolkan diri dan melebih-lebihkan keramahan dari ketertarikan romantis.
Testosteron meningkatkan kepekaan terhadap isyarat ramah hanya pada pria yang tahu bahwa mereka agak menarik. Jadi, hanya citra diri yang positif yang meningkatkan efek hormon tersebut. Pria sering kali memproyeksikan ketertarikan romantis mereka sendiri kepada perempuan, membuat mereka percaya bahwa wanita tersebut tertarik padanya, padahal sebenarnya, dialah yang tertarik padanya. Testosteron meningkatkan kecenderungan proyeksi ini untuk terjadi.
Para peneliti juga menjelaskan apa yang membentuk perilaku pria. Hormon seksual testosteron tidak sepenuhnya bertanggung jawab; faktor-faktor lain, seperti pengaruh budaya dan sosial, juga memainkan peran penting. Peran dan perilaku gender muncul dari kekuatan kompleks faktor biologis dan lingkungan, terutama yang terakhir memainkan peran utama dalam membentuk maskulinitas.
Pilihan Editor: Tips Memberi Perhatian pada Pasangan, Sederhana dan Anti-gengsi
HINDUSTAN TIMES
Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika