Kenalan dengan Hana Maulida, Penggagas Kakak Aman yang Bantu Korban Kekerasan Seksual

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Ecka Pramita

google-image
Hana Maulida, penggagas Kakak Aman dan pemenang Astra SATU Indonesia 2024/Foto: Doc. Astra

Hana Maulida, penggagas Kakak Aman dan pemenang Astra SATU Indonesia 2024/Foto: Doc. Astra

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Tepat hari Selasa, 29 Oktober 2024 di Menara Astra diadakan pengumuman pemenang peserta SATU Indonesia Awards 2024 yang telah bersama berkontribusi dalam berkarya untuk mendukung terciptanya kehidupan berkelanjutan dalam bidang kesehatan, pendidikan, lingkungan, kewirausahaan, dan teknologi. Hana Maulida, merupakan salah satu pemenang perempuan di bidang pendidikan. 

Ia hadir dengan membangun komunitas gerakan ‘Kakak Aman’ yang dimana program ini di jalankan secara aktif untuk menjadi ruang pembelajaran bagi anak-anak, membantu mereka agar tidak menjadi korban kekerasan seksual.

Belakangan ini, kasus kekerasan terhadap anak semakin sering terdengar, bahkan hampir setiap hari. Tidak hanya melalui media sosial dan berita di televisi saja, tetapi juga dalam obrolan sehari-hari di sekitar kita. Situasi ini kerap memicu amarah, kekecewaan, dan kesedihan bagi banyak orang, yang merasa tidak berdaya di hadapan kenyataan pahit tersebut. 

Hana mengungkapkan kekhawatirannya terkait kurangnya perlindungan bagi anak-anak Indonesia, terutama dalam hal melindungi diri dari kekerasan seksual. Ia bertanya, apa yang bisa dilakukan selain hanya menyaksikan anak-anak tumbuh tanpa pembekalan yang cukup.

“Kita ini bisa apa? Apakah hanya diam dan menyaksikan? sementara anak-anak Indonesia anak-anak pintar di luar sana itu tumbuh berkembang setiap harinya tanpa ada yang memberitahu mereka, gimana caranya melindungi dirinya sendiri dari kekerasan seksual, khususnya," ucap Hana saat pengumuman SATU Indonesia Awards.

Hana menjelaskan alasan mengapa fokusnya pada kekerasan seksual, karena di Indonesia pada tahun 2023, terdapat sekitar 18 ribu kasus kekerasan terhadap anak, dan 11 ribu di antaranya merupakan kekerasan seksual. Ini berarti sekitar 60 persen dari total kasus kekerasan terhadap anak melibatkan kekerasan seksual, menunjukkan betapa gentingnya situasi ini. 

Hana mengungkapkan bahwa kondisi ini mendorong para tim Kakak Aman berpikir, ‘apa yang perlu diberikan kepada anak-anak?’ Terlebih ketika justru orang-orang terdekat mereka, seperti anggota keluarga, guru, atau bahkan pedagang di sekitar sekolah, bisa menjadi pelaku kekerasan.  Lalu, Hana bertanya “kepada siapa anak-anak dapat berlindung?” 

Dari masalah ini, Hana dan timnya menyadari bahwa masih belum ada upaya khusus yang berfokus pada pendekatan pencegahan dalam memberikan pendidikan seksual yang efektif kepada anak-anak.

Presiden Direktur PT Astra International Tbk Djony Bunarto Tjondro berfoto bersama pemenang Penghargaan Astra 15th Satu Indonesia Awards 2024 di Menara Astra, Jakarta, Selasa, 29 Oktober 2024. TEMPO/Lourentius EP 

Pendidikan Seksual Sejak Dini yang Menyenangkan 

Berangkat dari rasa prihatin, Hana menciptakan program yang secara khusus dirancang untuk memberikan pendidikan seksual sejak dini, dengan tujuan membantu mencegah terjadinya kekerasan seksual pada anak-anak.

Dari program gerakan Kakak Aman, mengajarkan bahwa ada dua hal yang perlu diajarkan, pertama adalah tentang bagian tubuh pribadi atau "private parts". Hal itu mengajarkan kepada anak-anak bahwa ada bagian tubuh yang jika disentuh oleh orang lain, itu berarti orang tersebut memiliki niat yang tidak baik.

Hana menjelaskan bahwa programnya, mengajarkan anak-anak bagaimana bersikap dalam menghadapi situasi sulit, seperti ketika ada orang yang awalnya baik tetapi meminta anak untuk memegang tubuhnya. 

Mereka mengajarkan bahwa anak-anak berhak untuk mengatakan "tidak". “Misalkan ada orang-orang yang awalnya baik tapi meminta sesuatu untuk memegang-megang tubuhnya. Nah kita ajarkan bahwa ‘kamu tuh bisa bilang tidak.”

Program ini mengajarkan anak-anak untuk memahami bahwa mengatakan "tidak" adalah hak mereka dan langkah penting untuk melindungi diri sendiri. Selain itu, anak-anak diajarkan untuk lari ke tempat yang aman dan bercerita kepada orang dewasa yang mereka percayai, tanpa harus selalu bercerita kepada orang tua atau guru, karena pelaku kekerasan bisa saja berasal dari orang-orang terdekat mereka. 

Dan Semua informasi tersebut disampaikan dengan cara yang menyenangkan agar anak-anak mudah memahami dan mengingatnya. Hana juga menceritakan program tersebut direspons dengan positif oleh anak-anak, dan mereka menganggapnya program ini sebagai waktu bersenang-senang. 

“Jadi mereka taunya kita bukan belajar tapi bersenang senang, jadi kami mulai dengan dongeng, dongengnya itu isinya kurang lebih ada sosok yang awalnya baik tapi tiba-tiba minta sesuatu tapi dilanjut dengan games dan lagu-lagu yang memang kita buat mudah dihafal," jelasnya 

Hana juga menambahkan bahwa meskipun anak-anak sudah mendapatkan pengetahuan, untuk praktiknya, mereka berkomunikasi dengan orang tua dan guru setelah kegiatan, karena peran orang dewasa di sekitar anak-anak jauh lebih penting dalam mengingatkan mereka setiap hari.

“Jadi paling tidak kita memastikan secara pengetahuan anak-anaknya sudah tau untuk praktiknya ya kita biasanya berkomunikasi dengan orang tua dan guru setelah kegiatan dengan anak-anak bahwa kami ini hanya memantik saja. Tugas orang tua guru dan orang-orang dewasa yang di sekitar anak itu lebih penting karena mengingatkan anak setiap hari," tambahnya.  

Pilihan Editor: Dampingi Korban Kekerasan Seksual pada Anak, Cegah Trauma Mendalam

ZHAHIRA REKA FIRDANIA 

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."