CANTIKA.COM, Jakarta - Guru meditasi, Arsaningsih yang akrab disapa Bunda Arsaningsih, memaparkan dampak buruk dari kebiasaan orang tua, terutama ibu yang pemarah atau suka bertengkar dengan pasangan. Menurut dia, anak-anak bisa terkena dampak emosi orang tua yang marah atau berantem.
"Mungkin ada orang tua yang mengeluh, kok anak saya tidak sembuh-sembuh atau sering sakit. Coba Anda perbaiki hubungan dengan pasangan," ucap Bunda dalam talkshow dan meditasi yang diadakan Yayasan Cahaya Cinta Kasih di Gowork Plaza Indonesia, Jakarta, Jumat, 29 November 2024.
Bunda yang juga Pendiri Yayasan Cahaya Cinta Kasih ini menjelaskan tidak cuma anak-anak, orang dewasa juga bisa menerima radiasi dari energi emosi orang lain di sekitarnya. Kondisi mental yang dapat mengkontaminasi orang lain seperti emosi negatif yaitu marah, sedih, takut, cemas, putus asa, stres, dan lainnya.
"Antara ibu dan anaknya ada ikatan batin yang kuat. Sebenarnya itu ikatan secara energi, jadi apa yang dirasakan ibu akan dirasakan oleh anak," kata Bunda Arsaningsih. Dia mencontohkan saat ibu pergi dengan pikiran cemas, maka anaknya bisa rewel.
Maka, apapun rasa yang dialami seorang ibu dengan pasangannya juga akan berdampak pada anak karena waktu hamil mereka berada dalam satu tubuh. "Otomatis emosi perasaan negatif ibu ketika bermasalah dengan pasangan akan terikat (dengan anak)," ujar Bunda.
Pendiri Yayasan Cahaya Cinta Kasih, "Bunda" Arsaningsih (kanan), memandu meditasi seorang peserta talkshow "Memecahkan Masalah Kesehatan Mental di Lingkungan Kerja" di Gowork Plaza Indonesia, Jakarta, Jumat, 29 November 2024. Foto: CANTIKA/Rezki Alvionitasari.
Bagaimana cara menghindarkan anak dari emosi kita?
Nah, apa yang bisa dilakukan orang tua atau ibu untuk melindungi anak dari energi negatif ini? Menurut Bunda, dia harus menjaga hati dan batin. Salah satu kiatnya adalah dengan bermeditasi.
Dengan meditasi, kata Bunda, kita bisa merefleksikan perasaan dan menyelesaikan emosi negatif itu supaya kita bisa meradiasikan cinta kepada anak-anak. "Istilahnya orang Jawa, batin yang baik untuk anak kita. Misalnya dengan berkata, 'ibu sayang sama kamu'. Apalagi waktu mau tidur kita harus sering ungkapkan," tutur Bunda.
Jadi, walaupun anak masih bayi, dia tetap peka terhadap radiasi energi ibunya. "Jangan pikir bayi itu tidak punya rasa dari kondisi yang tidak nyaman dari hubungan relationship orang tuanya. Harus kita netralisir dulu (perasaan negatif), habis itu baru kita peluk anak kita."
Lantas, untuk ibu yang bekerja, saran dari Bunda yaitu dia harus memisahkan antara pekerjaan dan suasana di rumah. "Jadi kalau mau pulang ke rumah, kita harus bersih-bersih secara batin. Kalau dia punya emosi, selesaikan dulu, minta maaf dulu atau maafkan kalau lagi jengkel atau apa karena beban pekerjaan. Setelah kita nyaman baru masuk rumah," tutur Bunda.
Dia juga mengingatkan ada tradisi orang Jawa yang harus cuci tangan sebelum masuk rumah. Itu semua, menurut Bunda, adalah contoh dari membersihkan diri. "Jadi tidak hanya fisiknya saja tapi batinnya harus bersih juga sebelum kita memegang anak karena radiasinya akan menular kepada anak kita. Ketika kita menyadari pola tersebut, maka kita akan bisa memberikan yang terbaik untuk anak kita," ucap Bunda.
Kapan waktu terbaik untuk meditasi?
Menurut Bunda, idealnya waktu terbaik bermeditasi adalah pagi hari. Namun banyak orang yang sibuk dengan rutinitas pekerjaan dan peran sebagai orang tua. Maka, menurut dia waktu yang terbaik adalah ketika kita punya waktu.
"Saat pagi hari itu memang paling ideal, kenapa? Kita bangun tidur terhubung dengan Tuhan, bersyukur dan meradiasikan hal-hal yang positif. Maka satu hari ini akan dipenuhi dengan radiasi yang positif, istilahnya pagi kita menciptakan yang baik."
Pilihan Editor: Cara Endang Nugrahani dan Pramono Anung Menjaga Keharmonisan Rumah Tangga
Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika