Mengenal Tanda Survival Mode dan Cara Mengatasinya

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Rezki Alvionitasari

google-image
Ilustrasi wanita cemas. Freepik.com/Wayhomestudio

Ilustrasi wanita cemas. Freepik.com/Wayhomestudio

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Jika kamu mengalami begitu banyak hal dalam hidup sehingga merasa hampir tidak mampu menjalani hari, kamu mungkin hidup dalam mode bertahan hidup atau survival mode. Disebabkan oleh semua jenis pemicu stres, survival mode dapat membuatmu terus-menerus merasa gelisah dan lelah.

Ini adalah kondisi yang dialami banyak orang pada tahap tertentu dalam hidup mereka. Dan meskipun ini merupakan pengalaman yang menantang, ada beberapa strategi efektif untuk membantumu bertransisi dari sekadar bertahan hidup menjadi berkembang.

Apa Itu Survival Mode?

Survival mode berakar pada respons evolusi tubuh kita terhadap bahaya dan mencerminkan mekanisme melawan atau lari yang dimaksudkan untuk melindungi kita di saat-saat terancam. Bahkan jika kamu tidak dalam bahaya yang nyata, tubuh dan pikiranmu dapat bereaksi dengan cara yang sama saat stres. Detak jantungmu mungkin meningkat, otot-ototmu menjadi tegang, dan kamu mungkin merasa gelisah.

Saat kamu dalam fase survival mode, otakmu terfokus untuk melewati tantangan. Otak terus-menerus waspada untuk melindungimu dari ancaman (nyata atau imajiner) dan dapat mencegahmu beristirahat atau menikmati hidup.

Meskipun berada dalam mode ini sesekali adalah hal yang normal— bahkan dapat bermanfaat dalam waktu singkat, berada dalam mode bertahan terlalu lama dapat berbahaya. Stres emosional dapat menyebabkan kelelahan, mempengaruhi kesehatanmu, dan mengubah caramu memandang dunia. 

Kamu mungkin mulai melihat banyak situasi sebagai ancaman, meskipun sebenarnya tidak. Hal ini dapat membuatmu sulit untuk fokus pada hal-hal yang kamu sukai.

Dengan memahami survival mode dan bagaimana hal itu dapat mempengaruhimu, Sahabat Cantika akan lebih siap untuk mengelolanya dan menemukan cara hidup yang lebih seimbang.

Gejala Survival Mode

Mengenali survival mode tidak selalu mudah. Perhatikan gejala-gejala yang menandakan pikiran dan tubuhmu sedang stres dan berjuang untuk mengatasi tuntutan yang kamu hadapi. Gejala-gejala ini merupakan respons normal terhadap stres, jadi mengalaminya tidak mencerminkan kekuatan atau kemampuanmu sebagai pribadi.

1. Kesulitan membuat keputusan

Saat kamu dalam mode bertahan hidup, bahkan keputusan kecil pun dapat terasa memberatkan. Ini karena pikiranmu begitu terfokus pada ancaman dan kekhawatiran langsung sehingga sulit memproses informasi lainnya. Pilihan yang dulunya mudah, seperti memutuskan apa yang akan dimakan atau apa yang akan dikenakan, mungkin terasa mustahil.

2. Merasa tidak termotivasi

Gejala umum survival mode adalah kurangnya motivasi secara umum. Tugas dan aktivitas yang dulunya membuat bersemangat mungkin sekarang terasa melelahkan atau tidak ada gunanya. Ini bukan kemalasan—ini adalah tanda bahwa pikiran dan tubuhmu perlu istirahat.

3. Stres yang terus-menerus dan tidak terselesaikan

Merasa stres terus-menerus, tanpa kelegaan, merupakan indikator utama survival mode. Merasa stres dari waktu ke waktu adalah hal yang wajar, tapi jika stres ini tidak hilang dan mulai mempengaruhi kehidupan sehari-harimu, itu adalah tanda bahwa kamu terjebak dalam kondisi bertahan hidup.

4. Kurangnya fokus dan konsentrasi

Jika kamu merasa sulit berkonsentrasi pada tugas atau terus-menerus melupakan sesuatu, kamu mungkin berada dalam fase survival. Kurangnya fokus dapat terjadi saat otakmu dibebani stres dan kecemasan.

5. Ketidakmampuan untuk rileks atau melepas lelah

Pikiranmu mungkin terus-menerus dipenuhi pikiran, sehingga sulit menikmati kegiatan santai atau beristirahat dengan baik.

6. Perubahan suasana hati yang sering terjadi dan mudah tersinggung

Kamu mungkin menyadari bahwa suasana hatimu berubah dengan cepat dan kamu menjadi mudah tersinggung karena masalah-masalah kecil. Ini dapat terjadi akibat ketegangan dan kecemasan yang terus-menerus yang muncul saat menjalani survival mode.

Dampak Menjalani Fase Survival Mode

Menjalani survival mode dalam waktu lama dapat berdampak signifikan pada segala hal, mulai dari kesehatan fisik hingga hubungan dan kualitas hidupmu secara keseluruhan.

1. Dampak kesehatan fisik

Stres yang terus-menerus dapat membuat tubuhmu tegang. Kamu mungkin mengalami gejala seperti sakit kepala, kelelahan, atau kesulitan tidur. Seiring waktu, hal ini dapat menyebabkan masalah kesehatan yang lebih serius, seperti tekanan darah tinggi atau sistem kekebalan tubuh yang melemah, sehingga kamu lebih rentan terhadap penyakit.

2. Masalah kesehatan mental

Survival mode dapat menyebabkan perasaan cemas, depresi, dan kelelahan. Tantangan kesehatan mental ini dapat membuat tugas sehari-hari terasa lebih sulit dan mempengaruhi kesejahteraanmu.

3. Mekanisme penanganan yang tidak sehat

Terus-menerus berada dalam mode bertahan hidup dapat menyebabkan kamu beralih ke strategi penanganan yang tidak sehat, seperti makan berlebihan, penggunaan alkohol atau narkoba yang berlebihan, atau menarik diri dari interaksi sosial, yang dapat menimbulkan masalah tambahan.

4. Hubungan yang tegang

Stres dan mudah tersinggung yang muncul saat berada dalam mode bertahan hidup dapat membebani hubunganmu dengan keluarga, teman, dan kolega. Kamu mungkin mendapati dirimu mengalami lebih banyak konflik, merasa disalahpahami, atau menarik diri dari kegiatan sosial.

5. Produktivitas dan kreativitas yang berkurang

Penurunan kinerja kerja atau kurangnya kreativitas dapat terjadi ketika stres dan kecemasan yang terus-menerus menguras energi mentalmu, sehingga tidak ada ruang untuk pikiran dan ide lain.

6. Dampak pada kesenangan dan kepuasan

Salah satu dampak paling signifikan dari berada dalam mode bertahan hidup adalah hilangnya kesenangan dalam hidup dan aktivitas yang biasa kamu nantikan dan cintai.

Stres Sehat vs Stres Kronis

Memahami perbedaan antara stres yang sehat dan stres kronis sangat penting dalam mengelola kesejahteraanmu. Stres yang sehat (juga dikenal sebagai "eustress") memainkan peran positif dalam kehidupan kita. 

Stres dapat memotivasimu untuk menghadapi tantangan, dan bahkan meningkatkan tingkat energimu untuk waktu yang singkat. Misalnya, stres yang kamu rasakan sebelum presentasi besar dapat mendorongmu untuk mempersiapkan diri secara menyeluruh dan tampil dengan baik.

Namun, stres kronis adalah jenis stres yang bertahan lama dan dapat menyebabkan survival mode. Stres kronis adalah jenis stres yang terasa sangat berat dan tidak pernah berakhir, yang dapat membuatmu lelah. 

Stres kronis dapat muncul dari tantangan yang berkelanjutan seperti kekhawatiran keuangan jangka panjang, pekerjaan yang menuntut, atau masalah keluarga yang berkelanjutan. Untuk mengidentifikasi jenis stres yang kamu alami, tanyakan pada diri sendiri empat pertanyaan kunci berikut:

Durasi: Apakah stres ini bersifat sementara, atau sudah berlangsung lama?

Intensitas: Apakah stres ini terasa dapat dikelola dan memotivasi, atau membebani dan melemahkan?

Dampak: Apakah stres ini mempengaruhi kemampuanmu untuk menjalani hidup secara normal? Dapatkah kamu menikmati aktivitas harian, atau apakah kamu merasa semakin sulit melakukannya?

Kendali: Apakah kamu merasa memiliki kendali atas pemicu stres, atau apakah kamu merasa tidak berdaya?

Menjawab pertanyaan-pertanyaan ini dapat membantumu memahami apakah kamu menghadapi stres yang sehat atau stres kronis, sehingga kamu tahu apakah kamu dalam bahaya memasuki survival mode. Setelah kamu mengidentifikasi stres kronis, kamu dapat mulai mengelolanya, menemukan keseimbangan yang tepat, dan memastikan stres tidak membebani hidupmu.

Cara Keluar dan Melepaskan Diri dari Survival Mode

Membebaskan diri dari survival mode melibatkan perpaduan perubahan mental dan langkah-langkah yang dapat ditindaklanjuti untuk membantumu bergerak menuju kehidupan yang lebih seimbang. Ini adalah proses yang bertahap, jadi bersabarlah dengan dirimu sendiri saat kamu semakin dekat dengan kehidupan yang santai dan memuaskan.

1. Akui situasimu

Mengenali bahwa kamu sedang dalam survival mode adalah langkah pertama menuju perubahan. Renungkan keadaanmu saat ini, dan cobalah menuliskan pikiran dan perasaanmu untuk membantumu memahami dan menerima situasimu dengan lebih baik.

Tips: Luangkan waktu sejenak untuk merenungkan apa yang terjadi pada tubuh, pikiran, dan lingkunganmu dengan memeriksa diri sendiri secara teratur dan mendokumentasikan temuanmu.

2. Berlatihlah untuk berbelas kasih kepada diri sendiri dan memaafkan diri sendiri

Bersikaplah baik dan pengertian kepada diri sendiri: ingatlah bahwa setiap orang mengalami masa-masa sulit dan tidak apa-apa untuk tidak mengendalikan segalanya. Berada dalam mode bertahan hidup adalah respons terhadap stres, bukan kegagalan pribadi, jadi akui perasaanmu tanpa menghakimi dan gantikan pikiran kritis dengan pikiran yang lebih baik dan lebih pemaaf.

Tips: Dengarkan meditasi terpandu tentang praktik pemeliharaan diri. Latihan lembut untuk melangkah menuju belas kasih kepada diri sendiri, pengampunan, kebaikan kepada diri sendiri.

3. Prioritaskan perawatan diri

Merawat diri sendiri itu penting. Tambahkan hal-hal yang bermanfaat bagi kesehatan fisik, mental, dan emosionalmu ke dalam rutinitas harianmu. Perawatan diri bisa berupa sesuatu yang kecil seperti latihan pernapasan selama lima menit atau jalan kaki singkat.

Tips: Sisihkan beberapa menit sehari untuk berlatih bernapas menjadi relaksasi dengan meditasi terpandu.

4. Cari dukungan

Meminta bantuan adalah tanda kekuatan. Jangkau teman, anggota keluarga, atau profesional yang tepercaya untuk mendapatkan dukungan. Berbicara tentang pengalamanmu bisa sangat melegakan.

Sangat penting bagi kita menemukan sistem dukungan yang akan mengangkatmu di saat-saat dibutuhkan.

5. Buat rutinitas

Rutinitas harian dapat memberikan rasa keteraturan dan kenormalan serta membantumu membawa keseimbangan ke dalam hari-harimu. Kamu dapat memulai dengan menyiapkan rutinitas pagi yang sederhana, dengan aktivitas seperti peregangan, sarapan sehat, atau merencanakan harimu.

Tips: Temukan apa yang membuatmu merasa tenang dan aman dan praktikkan mengubah pilihan menjadi rutinitas.

6. Fokus pada tujuan-tujuan kecil

Menetapkan dan mencapai tujuan-tujuan kecil dapat meningkatkan kepercayaan diri dan memberikan rasa pencapaian. Tetapkan tujuan-tujuan kecil yang dapat dicapai untuk hari atau minggumu, seperti menyelesaikan tugas pekerjaan atau menyiapkan makanan sehat.

Tips: Menetapkan tujuan-tujuan kecil dapat membantumu menavigasi survival mode, dan berfokus pada ‘mengapa’ di balik tujuanmu dapat membantumu menjadi lebih jelas tentang apa yang kau inginkan dan bagaimana kamu dapat mencapainya.

7. Batasi paparan terhadap stresor

Kenali satu stresor dalam hidupmu dan pikirkan cara-cara untuk membantu mengurangi tingkat stresmu. Ini mungkin melibatkan penetapan batasan-batasan di tempat kerja atau mengambil jeda dari media sosial.

Tips: Jelajahi konsep batasan-batasan untuk membatasi paparan terhadap stresor dan cara-cara untuk menetapkannya dalam hidupmu.

Pilihan Editor: Pentingnya Decluttering Digital untuk Kesehatan Mental, Kata Psikolog

CHOOSING THERAPY 

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."