CANTIKA.COM, Jakarta - Intermittent fasting yang melibatkan waktu makan dan puasa merupakan rekomendasi populer untuk mencapai tujuan penurunan berat badan. Selain diet dan olahraga, puasa intermiten juga termasuk dalam jadwal manajemen penurunan berat badan.
Namun, sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Cell mengungkapkan sisi buruk puasa intermiten, yaitu efek samping yang cukup mengejutkan. Puasa intermiten memperlambat regenerasi rambut.
Para peneliti menemukan bahwa puasa intermiten memiliki efek menghambat pertumbuhan rambut. Mereka meneliti efeknya pada tikus. Efeknya tidak akan terlalu parah pada manusia, tetapi masih ada kemungkinan pada manusia. Para peneliti dalam pengamatan mereka menjaga tikus dengan pola makan yang ketat seperti puasa intermiten - periode makan dan puasa.
Tikus-tikus ini menunjukkan keterlambatan regenerasi rambut dibandingkan dengan tikus yang tidak diberi jadwal makan. Tikus yang berpuasa membutuhkan waktu yang signifikan untuk menumbuhkan kembali sebagian rambut sebanyak 96 hari, berbeda dengan pertumbuhan rambut tikus normal dalam 30 hari. Perubahan pertumbuhan rambut ini terjadi karena adanya pergeseran sumber energi selama puasa intermiten.
Penelitian yang dipimpin oleh ahli biologi sel punca Bing Zhang dari Universitas Westlake di Tiongkok menemukan bagaimana puasa intermiten memengaruhi sel punca folikel rambut (HFSC). Sel-sel ini bertanggung jawab untuk regenerasi rambut dan sangat bergantung pada glukosa untuk energi.
Ketika asupan makanan dibatasi selama periode puasa intermiten, tubuh beralih menggunakan lemak sebagai sumber energi, bukan glukosa biasa, sehingga melepaskan asam lemak ke dalam aliran darah. Sayangnya, HFSC tidak memiliki mekanisme yang diperlukan untuk memproses asam lemak ini, yang menyebabkan stres oksidatif secara efisien. Stres ini dapat membebani sel, menyebabkannya menghambat pertumbuhan.
Bagaimana cara mengatasi efek sampingnya?
Para peneliti menekankan bahwa antioksidan membantu mengatasinya dan memberikan kelegaan. Penelitian menunjukkan bahwa vitamin E topikal dan peningkatan genetik pada tingkat antioksidan membantu. Hal ini menyoroti pentingnya menyeimbangkan puasa dengan asupan nutrisi yang tepat. Peneliti utama Zhang juga menegaskan kembali keragaman respons manusia terhadap puasa, menekankan bahwa hasil individu dapat bervariasi berdasarkan genetika, pola makan, dan gaya hidup.
Pilihan Editor: 8 Kesalahan Intermittent Fasting, Makan Terlalu Malam hingga Kurang Minum Air Putih
HINDUSTAN TIMES
Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika