5 Tips Bantu Anak Mempunyai Lingkungan Pertemanan yang Sehat

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Rezki Alvionitasari

google-image
Ilustrasi keluarga. Freepik.com/Lifestylememory

Ilustrasi keluarga. Freepik.com/Lifestylememory

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Psikolog anak dan remaja Gisella Tani Pratiwi membagikan tips untuk orang tua cara membantu anak mempunyai lingkungan pertemanan yang positif. Hal ini berguna agar anak terhindar dari tindakan atau perilaku seksual.

“Anak perlu mendapatkan bimbingan untuk menjalin pertemanan yang sehat dan kesempatan untuk mempraktikkan atau melatih kemampuan bersosialisasi baik di ranah hubungan langsung dan daring,” kata Gisella dikutip dari Antara.

1. Anak Perlu Memahami Diri Sendiri 

Gisella mengatakan anak perlu memahami dirinya terlebih dahulu untuk dapat memilah dan mengolah relasi sosialnya. Hal ini berkaitan dengan melatih insting dan pemahaman akan relasi sosial yang berbahaya dan aman.

2. Orang Tua dan Guru Jadi Contoh

Orang tua, pihak sekolahnya atau orang-orang terdekat dapat menjadi model percontohan atau role model yang baik agar anak paham mengenai relasi sosial yang sehat.

3. Ajarkan Anak Akses Keamanan dan Perlindungan

“Anak juga perlu dibekali informasi akses keamanan. Termasuk adanya indikasi atau tanda-tanda orang yang mencurigakan atau membuat anak merasa tidak aman, serta akses perlindungan mana yang ia bisa raih,” ujar dia.

4. Paparkan Contoh Relasi yang Sehat

Menurutnya, supaya anak dapat berada di lingkaran pertemanan yang positif, orang tua dapat memberikan paparan contoh-contoh relasi sosial yang sehat dalam beberapa konteks sosial, yaitu di mana setiap individu saling menghargai satu sama lain dan berkomunikasi dengan terbuka.

5. Dengarkan Cerita dan Pendapat Anak

Anak perlu diberikan kesempatan dan ceritanya perlu didengar dengan baik. Misalnya cerita soal pengalaman pertemanan sehari-hari, sehingga orang tua bisa membantu anak memprosesnya dan memberikan saran-saran yang bermanfaat.

Gisella mengatakan orang tua juga tidak boleh lupa untuk memberikan kesempatan anak untuk memilih atau berpendapat.

“Sehingga dia tahu bahwa di dalam konteks sosial di luar keluarga, mereka dapat mengungkapkan pendapatnya, menjadi dirinya yang genuine dan mungkin kadang berbeda pendapat dan menolak hal-hal yang tidak baik menurut dirinya,” ucap Gisella.

Pilihan Editor: Perbedaan Daycare dan Preschool, Program untuk Anak Usia Dini

ANTARA 

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."