Gaya Fashion Marsha Timothy di Gala Dinner Film 2nd Miracle In Cell No. 7

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Ecka Pramita

google-image
Marsha Timothy menghadiri acara gala dinner film Miracle Cell No.7 bagian kedua/Foto: Instagram/Marsha Timothy

Marsha Timothy menghadiri acara gala dinner film Miracle Cell No.7 bagian kedua/Foto: Instagram/Marsha Timothy

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Setelah sukses Film Miracle in Cell No. 7 versi Indonesia pada 2022 mencetak sejarah dengan 5,85 juta penonton, menjadikannya film lokal terlaris kelima sepanjang masa di Indonesia. Sutradara Herwin Novianto kini melanjutkan langkah besar tersebut melalui sekuel yang berjudul 2nd Miracle in Cell No. 7. Ia menggantikan Hanung Bramantyo yang menggarap remake film pertama.

Sejumlah pemain di film pertama juga akan kembali membintangi sekuel ini. Mereka adalah Graciella Abigail, Vino G. Bastian, Marsha Timothy, Indro Warkop, Tora Sudiro, Indra Jegel, Rigen Rakelna, Bryan Domani, dan lainnya. Film ini akan tayang di bioskop Indonesia mulai 25 Desember 2024.

Dalam acara gala dinner tersebut, seperti biasa gaya fashion Marsha Timothy mencuri perhatian, ibu satu anak ini tampil anggun mengenakan gaun off shoulder warna dusty pink dengan aksen berkerut bagian dada dan potongan high slit karya Hian Tjen. Rambut sebahunya diikat ekor kuda menjuntai ke belakang. Sementara Vino G. Bastian tampil vibrant mengenakan one suit warna kuning dilengkapi sneakers dan sunglasess. 

Film 2nd Miracle in Cell No. 7 melanjutkan kisah Kartika, putri dari Dodo, yang sebelumnya diperankan oleh Graciella Abigail. Dua tahun setelah Dodo dieksekusi, Kartika tinggal bersama Hendro dan Linda, namun tetap sering menyelinap ke sel nomor 7 untuk bertemu dengan para narapidana yang dulu menjadi keluarga kedua baginya. Mereka bersepakat untuk menyembunyikan fakta menyakitkan bahwa Dodo telah tiada demi melindungi hati Kartika.

Konflik memuncak ketika Hendro memutuskan untuk mengadopsi Kartika, namun rencana ini mendapat tentangan dari Kepala Dinas Sosial. Hendro bersama para napi sel nomor 7 berjuang dengan cara mereka untuk memperjuangkan keadilan. Film ini tetap mengusung esensi emosional dari kisah aslinya, tentang Dodo, seorang laki-laki dengan disabilitas mental yang dituduh membunuh dan dipenjara

Cerita yang Universal dan Hubungan Ayah-Anak

Miracle in Cell No. 7 telah menyentuh jutaan hati penonton, termasuk di Indonesia. Ryu Seung Ryong juga menjelaskan kekuatan emosional film ini terletak pada kedekatannya dengan hubungan universal antara ayah dan anak. “Baik di cerita negara manapun, itu semuanya masih ada sosok ayah, sosok anak, sehingga ceritanya sangat dekat dan itu sangat mengharukan,” tuturnya.

Sementara itu, Kal So Won merenungkan dampak emosional film tersebut terhadap dirinya. Ia mengaku bahwa saat pertama kali membintangi film ini pada 2013, ia belum sepenuhnya memahami perhatian yang diterimanya. "Namun, setelah dewasa, saya menyadari betapa besarnya perhatian dan kasih sayang yang diberikan kepada saya," tuturtnya. Pengalaman itu, bagi dia, menjadi kenangan tak tergantikan yang terus ia syukuri hingga kini.

Kesuksesan Adaptasi Miracle in Cell No. 7

Sebelumnya, film Miracle in Cell No. 7 versi Indonesia pada 2022 mencetak sejarah dengan 5,85 juta penonton, menjadikannya film lokal terlaris kelima sepanjang masa di Indonesia. Sutradara Herwin Novianto kini melanjutkan langkah besar tersebut melalui sekuel yang berjudul 2nd Miracle in Cell No. 7. Ia menggantikan Hanung Bramantyo yang menggarap remake film pertama. Teaser film 2nd Miracle in Cell No. 7 yang dirilis pada Asian Contents and Film Market (ACFM) di Busan, Korea Selatan, 5 Oktober 2024, menjadi sorotan berbagai media internasional.

Pilihan Editor: 15 Tahun Berkarier di Industri Film, Marsha Timothy: Sukses Adalah Proses

ADINDA JASMINE | ISTIQOMATUL HAYATI

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."