6 Tips Menerapkan Toilet Training pada Anak Menurut IDAI

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Rezki Alvionitasari

google-image
Ilustrasi anak belajar ke toilet (toilet training). babycenter.com

Ilustrasi anak belajar ke toilet (toilet training). babycenter.com

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Sahabat Cantika sudah menerapkan toilet training untuk si kecil? Salah satu tantangan orang tua yang memiliki balita yaitu mengajarkan anak buang air kecil dan buang air besar di toilet.

Anggota Unit Kelompok Kerja Tumbuh Kembang Pediatri Sosial Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Meitha Pingkan Esther, memberi tips melatih anak agar bisa secara mandiri menggunakan toilet untuk buang air kecil atau besar. Berikut informasinya!

1. Tetapkan Jadwal

Meitha menyarankan orang tua mengatur jadwal latihan menggunakan jamban bagi anak.

"Kita bisa mengajak anak ke kamar mandi setiap 90 menit. Kalau tidak buang air kecil, interval berikutnya mungkin pendekkan, kita bisa bikin 60 menit. Kalau anak itu buang air kecil, jadwal ke toiletnya kita kembalikan ke 90 menit sehingga di sini anak akan diajar menunggu sampai dia dibawa ke toilet," jelasnya dalam webinar mengenai toilet training anak, Selasa, 24 Desember 2024.

2. Dukung Anak Duduk di Toilet 

Ia juga menjelaskan perlunya orang tua memberi penguatan agar anak bisa bertahan duduk di toilet selama tiga menit atau lebih. Menurutnya, orang tua bisa mengajak anak bernyanyi atau membawakan mainan agar anak lebih tenang.

Tapi tetap ingat dia sedang berada di toilet karena perlu buang air kecil atau buang air besar.

3. Ajak Anak Mengatasi Konsekuensi Jika Mengompol

Jika selama jeda ke kamar mandi anak berkemih di celana atau mengompol, maka orang tua bisa melakukan koreksi dengan melibatkan anak dalam mengatasi konsekuensi.

"Kita bisa melakukan prosedur koreksi berupa minta anak membantu membersihkan sebanyak anak mampu dan hal ini jangan dilakukan secara menghukum. Ini dilakukan agar anak mengalami konsekuensi alami dan dapat dijadikan pencegahan terjadinya accident lagi," kata Meitha.

4. Berhenti Gunakan Popok

Orang tua perlu memperhatikan frekuensi anak mengompol. Kalau anak terlalu sering kencing di celana maka orang tua sebaiknya mempersingkat jadwal kunjungan ke toilet. Meitha juga menyarankan orang tua tidak memakaikan popok atau celana dalam anti tembus selain pada waktu tidur siang atau malam pada tahap awal toilet training.

5. Sediakan Alat Pendukung 

Untuk mendukung pelaksanaan latihan menggunakan toilet, orang tua bisa menyediakan alat pendukung seperti sisipan di dudukan toilet agar anak lebih nyaman atau menaruh tangga di bangku toilet untuk memudahkan anak.

6. Apresiasi Anak

Meitha mengatakan orang tua dan anggota keluarga perlu mengapresiasi setiap kemajuan yang dicapai anak dalam tahapan toilet training sampai tujuan pelatihan tercapai.

Kapan Toilet Training Dianggap Berhasil?

Proses pembelajaran bisa dikatakan berhasil kalau anak secara alami pergi ke toilet ketika hendak kencing atau buang air besar serta bisa melakukan keperluannya secara mandiri, termasuk membersihkan diri dan memakai celana sendiri.

"Jadi ini sudah pada kondisi alami hingga begitu anak itu merasa untuk toileting maka dia akan dengan sendirinya ke kamar mandi," ucap Meitha.

Pilihan Editor: Alasan Anak Tak Perlu Bangun Malam Hari saat Toilet Training

YAYUK WIDIYARTI | ANTARA

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."