Dear Parents, 4 Pola Asuh Ini Bisa Bikin Anak Egois dan Keras Kepala

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Silvy Riana Putri

google-image
Ilustrasi orangtua pusing dengan anak. Shutterstock

Ilustrasi orangtua pusing dengan anak. Shutterstock

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Keluarga adalah garis pertahanan pertama untuk membesarkan anak-anak penuh kasih dan berpengetahuan luas. Menurut penelitian, anak-anak dapat memahami bahwa pengalaman dan perasaan mereka mungkin berbeda dari orang lain pada usia tiga tahun. Di fase itu, mereka juga mulai menunjukkan empati dan belas kasih. Di fase ini pula, perlu diketahui ada beberapa pola asuh yang bisa membuat anak egois dan keras kepala. Apa saja itu? Berikut lima di antaranya.

1. Kerap mengabaikan anak 

Sama seperti kita orang dewasa, anak-anak ingin didengar dan dipahami. Namun, banyak dari kita secara tidak sengaja mengabaikan upaya mereka untuk berkomunikasi. Mungkin karena jadwal sibuk kami atau gangguan lainnya, komunikasi dengan anak kerap seperlunya atau malah diabaikan.

Faktanya itu merupakan salah satu kesalahan paling kritis untuk dihindari dalam mengasuh anak. Ketika tidak pernah didengar dan dipahami, beberapa anak mungkin menggunakan perilaku egois dan keras kepala untuk mendapatkan perhatian.

2. Mengatakan "ya" untuk segalanya

Menurut sebuah penelitian oleh Science Daily, anak-anak yang mengalami pengasuhan berlebihan dan terlalu banyak kesenangan, akan mendorong karakter lebih egois, kurang empati, tidak memiliki etos kerja yang kuat. Mereka juga mungkin bertindak seolah-olah aturan tidak berlaku untuk mereka.

Selalu mengiyakan keinginan anak dapat menyebabkan keras kepala ketika mereka ditolak.

3. Lebih memilih hukuman fisik

Salah satu bagian paling sulit menjadi orang tua adalah mendisiplinkan anak-anak. Ketika stok kesabaran orang tua habis, beberapa orang tua beralih ke hukuman fisik setelah terlebih dahulu mencoba bernalar dengan anak mereka.

Penelitian tentang psikologi anak dan praktik pengasuhan anak telah menunjukkan bahwa memukul atau hukuman fisiknya tidak efektif.

Dalam jangka pendek, hukuman fisik mungkin tampak efektif. Tetapi seiring waktu, itu menyebabkan kerusakan jangka panjang, dan anak mungkin menjadi keras kepala. Karena hal itu dapat merusak kepercayaan dan hubungan antara orang tua dan anak daripada mendorong kerja sama.

4. Tidak konsisten dalam menerapkan disiplin

Ketika aturan atau konsekuensi diterapkan secara tidak konsisten dapat menyebabkan kebingungan pada anak-anak dan meningkatkan resistensi mereka terhadap figur otoritas, yang berujung pada keras kepala. Ketika seorang anak menunjukkan sifat egois dan keras kepala, direspons dengan kemarahan, frustrasi, atau hukuman yang keras dapat mengintensifkan argumen dan mendorong perilaku tersebut.

Itulah pola asuh yang bisa mendorong anak egois dan keras kepala.

Pilihan Editor: Hati-hati, 5 Kebiasaan Buruk Ini Mudah Ditiru Anak

TIMES OF INDIA

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."