Walmart Rilis Dupe Tas Hermes Birkin, Koleksi Paling Mahal Cuma Rp 1,6 Juta

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Ecka Pramita

google-image
Hermes Birkin Shadow/Foto: Instagram/Luxuryvaultuk

Hermes Birkin Shadow/Foto: Instagram/Luxuryvaultuk

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Walmart menggegerkan media sosial lantaran meluncurkan koleksi dupe atau duplkat tas mirip Birkin milik Hermes dengan harga terjangkau. Kemunculan fashion item ini kemudian viral, salah satunya di platform TikTok. Ada ratusan video yang membahas koleksi keluaran perusahaan ritel asal Amerika tersebut dengan hashtag #WalmartBirkin. 

Alhasil, muncul istilah Wirkin atau Walmart Birkin dan Wemes (Walmart Hermes), yang didedikasikan sebagai plesetan dari brand dan koleksi aslinya.

Melansir dari Daily Mail, tas Hermès Birkin adalah koleksi fashion mewah dan didambakan perempuan di dunia dengan harga mulai 12.000 dollar AS atau sekitar Rp 195 juta per tas, sehingga tak terjangkau bagi kebanyakan orang.

Koleksi Birkin sendiri tidak bisa dibeli langsung di outlet, karena tiap pelanggan harus memiliki riwayat pembelanjaan di Hermes, baru ditawari kesempatan untuk membeli koleksi jenama asal Prancis tersebut.

Sementara, Wirkin dari Walmart hanya dibanderol mulai harga 78 dollar AS atau senilai Rp 1.263.498 saja. Tas duplikat seri Birkin juga tersedia dalam berbagai warna, mulai dari hitam, emerald green, white ivory, abu-abu hingga olive.

Salah satu akunTikTok  yang membahas hand bag Wirkin ini adalah @yourfinestpardon. Ia turut me-review tas viral di atas.

“Anda tahu tapi tidak mampu membelinya, dan tidak semua orang yang diundang ke toko itu bisa membeli Birkin. Jadi Walmart hanya berkata bagaimana kalau kita membuat Birkin dan menjualnya seharga $ 80,” ujar kreator konten tersebut.

Ia juga menjelaskan tas Birkin seri biasa seharga 30.000 - 80.000 dollar AS bergantung dari jenis tas yang diincar. Menurutnya, dengan Warmart membuat versi dupe, akan membuat tas Birkin lebih mudah didapatkan, serta jauh dari kata ekslusif.

Sementara di situs resminya, koleksi Birkin Walmart dijual dengan harga bervariasi mulai dari 78-102 dollar AS, yang artinya koleksi termahalnya sekitar Rp 1,6 juta.

Lebih lanjut, melansir dari New York Post tidak semua memandang tas keluaran Walmart sebagai sesuatu yang membanggakan.

Misalnya, para pendukung tas mewah justru khawatir tren ini berkontribusi pada praktik fast fashion dan mengabaikan keahlian tangan yang melekat pada Hermes Birkin asli. Untuk diketahui, Hermes mengajak para perajin di Prancis untuk turut andil dalam koleksi mewahnya. 

Para kritikus berpendapat bahwa menenteng barang palsu adalah ritual penghinaan, sementara yang lain mengatakan mereka tidak akan pernah membeli tas palsu karena mereka "terlalu menyukai kualitas.

Jenama Prancis tersebut memang dikenal dengan kelangkaan Birkin, sehingga para pecinta barang antik lebih memilih beralih ke model lama yang dijual dalam keadaan bekas. 

Menanggapi hal tersebut, direktur artistik Hermes, Pierre-Alexis Dumas ikut menanggapi rumor sulitnya mendapatkan tas Birkin.

“Saya tersenyum karena ini adalah ide pemasaran yang jahat yang hanya bisa muncul dari orang-orang yang terobsesi dengan pemasaran,” kata Dumas kepada CBS News.

“Namun, kami tidak memiliki departemen pemasaran di Hermès. Apa pun yang kami miliki, kami taruh di rak, dan kami simpan,” tambahnya.

Ia menjelaskan bahwa proses pembuatan Birkin lebih lambat karena tas-tas tersebut dibuat dengan sangat teliti menggunakan tangan oleh para perajin yang terlatih, yang berarti bahwa mereka tidak dapat memenuhi permintaan yang sangat banyak.

Meskipun, ia mencatat, bukan tidak mungkin bagi seseorang untuk membeli Birkin, asalkan mereka memiliki sarana dan sedikit kesabaran. “Pada akhirnya, itu akan terjadi,” pungkasnya.

 Pilihan Editor: Sejarah Hermes: Tas Kelly Dirilis Tahun 1935, Birkin Bag di Era 80-an

DAILY MAIL | NY POST

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."