Saat Kebutuhan Emosional Tak Terpenuhi dari Pasangan, Media Sosial jadi Pelarian

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Ecka Pramita

google-image
Ilustrasi pasangan. Freepik.com/Jcomp

Ilustrasi pasangan. Freepik.com/Jcomp

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Hubungan romantis adalah sumber cinta dan kasih sayang, semacam dukungan emosional. Hubungan menjadi tempat yang aman ketika kebutuhan psikologis yang tepat terpenuhi. Namun apa yang terjadi ketika kebutuhan emosional tidak terpenuhi? Akan ada kekosongan emosional yang besar.

Jadi apa yang terjadi dengan kekosongan ini? Rasa puas yang salah arah menyebabkan orang yang tidak puas mencari kenyamanan di media sosial. Ini menjadi upaya yang lemah untuk menutupi kekosongan emosional itu, menawarkan gangguan tetapi gagal mengatasi kebutuhan emosional yang mendasarinya.

Berdasarkan sebuah studi yang diterbitkan dalam Frontiers in Psychology, kebutuhan psikologis yang tidak terpenuhi dalam hubungan romantis dapat mendorong perilaku adiktif seperti kecanduan media sosial dan perilaku maladaptif yang disebut phubbing di mana telepon pintar lebih diutamakan daripada komunikasi tatap muka.

Kecanduan Media Sosial dan Phubbing

Ada harapan bahwa hubungan tersebut akan memberikan kenyamanan dan rasa memiliki. Sebagian besar kesejahteraan emosional berasal dari hubungan. Namun, ketika pasangan tidak membalas kasih sayang yang diharapkan, terjadi kekosongan emosional. 

Penelitian tersebut menjelaskan bahwa, untuk mencari kenyamanan dan pelipur lara, banyak orang menggunakan media sosial sebagai kecanduan. Kurangnya cinta mendorong mereka menggunakan media sosial, yang menyebabkan kecanduan media sosial. Hal ini berlanjut hingga mengabaikan orang lain untuk menggunakan ponsel (phubbing).

Penelitian ini melibatkan 958 orang dewasa muda dari Turki, berusia 17 hingga 29 tahun, yang melaporkan hubungan mereka, penggunaan ponsel pintar, dan kepuasan secara keseluruhan dengan pasangan mereka. Temuan tersebut mengungkap hubungan yang jelas: mereka yang merasa tidak puas secara emosional lebih cenderung mengalihkan perhatian mereka ke ponsel pintar selama interaksi pribadi.

Dan ini adalah sebuah siklus; ketika seseorang semakin kecanduan media sosial dan perangkat digital, mereka lebih mengutamakan perangkat daripada pasangannya. Perilaku ini saling memengaruhi. Tindakan-tindakan dangkal seperti menggulir, menyukai, dan mengomentari memberikan ilusi solidaritas yang tidak mereka dapatkan dalam hubungan mereka.

Namun, efek ini tidak hanya dirasakan satu pihak karena memengaruhi kedua individu dalam hubungan, sesuai dengan temuan yang terungkap. Akan ada jarak emosional antara pasangan saat phubbing dan media sosial membayangi hubungan. Hal ini mengurangi keintiman dan komunikasi. 

Kepuasan menurun karena ponsel pintar menyita sebagian besar waktu berkualitas, membuat kedua pasangan terabaikan dan tidak penting. Jadi, ketika orang memprioritaskan perangkat mereka daripada hubungan mereka, hal itu memperdalam keterputusan emosional.

Itulah sebabnya jika ada harapan atau kebutuhan emosional yang tidak terpenuhi dalam hubungan, penting untuk membicarakannya secara terbuka daripada menekan dan menggunakan gangguan seperti media sosial. Hal itu semakin menciptakan jarak dan keterputusan.

Pilihan Editor: Konten Media Sosial Berpengaruh pada Kesehatan Mental, Menurut Studi

HINDUSTAN TIMES 

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."