Ajarkan kepada Anak, 6 Tips Mengenali Orang-orang Berbahaya

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Silvy Riana Putri

google-image
Ilustrasi ibu berbincang dengan anak. Foto: Freepik.com

Ilustrasi ibu berbincang dengan anak. Foto: Freepik.com

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Sebagai orang tua, menjaga anak tetap aman selalu menjadi prioritas utama. Selain mengajarkan anak-anak tentang aturan keselamatan umum, sama pentingnya untuk membantu mereka mengenali orang-orang yang mungkin memiliki niat buruk. Bagian yang sulit adalah bahwa orang-orang yang berbahaya sering kali tidak terlihat menakutkan. Mereka dapat terlihat ramah, membantu, atau bahkan dapat dipercaya. Namun, ada tanda-tanda halus yang dapat dipelajari anak-anak untuk dikenali guna melindungi diri mereka sendiri.

Berikut adalah sederet tips yang perlu diketahui setiap anak untuk mengenali orang yang mungkin membahayakan.

1. Orang yang memaksakan anak menyimpan rahasia

Taktik umum yang digunakan oleh orang-orang yang berbahaya adalah meminta anak-anak untuk menyimpan rahasia, terutama dari orang tua mereka. Jika orang dewasa memberi tahu seorang anak, "Ini hanya antara kita," atau "Jangan beri tahu orang tuamu," itu adalah tanda bahaya.

Anak-anak harus diajari bahwa orang dewasa yang aman tidak pernah meminta mereka untuk menyimpan rahasia, terutama tentang sesuatu yang membuat mereka tidak nyaman.

2. Seseorang yang mengabaikan batasan

Menghormati ruang pribadi adalah aturan dasar perilaku yang baik. Jika seseorang terus-menerus menyerbu ruang anak, menyentuhnya tanpa izin, atau membuat mereka merasa tidak nyaman, itu pertanda perilaku buruk. Orang tua harus mengajarkan anak-anak bahwa jika seseorang melakukan sesuatu yang membuat mereka tidak nyaman, mereka berhak untuk berkata "Tidak" dan menjauh.

3. Perilaku yang terlalu baik dan terasa dipaksakan

Tidak semua orang yang ramah memiliki niat baik. Beberapa orang yang berbahaya berusaha terlalu keras untuk disukai dengan menawarkan hadiah, menjanjikan kegiatan yang menyenangkan, atau terus-menerus memuji seorang anak.

Jika orang dewasa bersikap "terlalu baik" atau terlalu tertarik pada seorang anak tanpa alasan apa pun, orang tua harus mendorong anak mereka untuk memercayai naluri mereka dan bersikap hati-hati.

4. Membuat anak merasa bersalah atau tertekan

Beberapa orang memanipulasi anak-anak dengan membuat mereka merasa bersalah atau memaksa mereka melakukan sesuatu yang tidak mengenakkan. Mereka mungkin berkata, "Jika kamu tidak melakukan ini, aku akan sedih," atau "Kamu tidak ingin menyakiti perasaanku, kan?" Ini adalah manipulasi emosional. Anak-anak harus diajari bahwa mereka tidak perlu melakukan apa pun yang membuat mereka tidak nyaman

5. Meminta bantuan dengan cara yang mencurigakan

Orang dewasa yang aman jarang meminta bantuan anak-anak, terutama dalam situasi yang tampak aneh—seperti menemukan hewan peliharaan yang hilang atau membawa sesuatu ke mobil. Anak-anak harus diajari bahwa jika orang dewasa membutuhkan bantuan, mereka biasanya akan meminta bantuan orang dewasa lain, bukan anak-anak. Jika seseorang mencoba membujuk mereka dengan permintaan bantuan, mereka harus menjauh dan segera mencari orang dewasa lain yang terpercaya.

6. Mencoba memisahkan anak dari orang lain

Seseorang dengan niat jahat mungkin mencoba membuat anak-anak sendirian dengan mengatakan hal-hal seperti, "Ikut aku, aku punya sesuatu untuk ditunjukkan kepadamu," atau "Ayo pergi ke tempat yang pribadi." Anak-anak harus tahu bahwa jika seseorang mencoba membawa mereka menjauh dari suatu kelompok, itu adalah tanda peringatan yang serius. Mereka harus mengatakan "Tidak" dengan keras dan segera kembali ke orang tua mereka atau tempat yang aman.

Itulah sederet tips yang bisa diajarkan kepada anak agar bisa mengenali orang-orang berbahaya.

Pilihan Editor: 5 Topik yang Sebaiknya Tidak Dibahas Orang Tua di Depan Anak

TIMES OF INDIA

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."