TEMPO.CO, Jakarta - Selama ini alat kontrasepsi yang populer digunakan dalam program Keluarga Berencana atau KB adalah pil yang dikonsumsi setiap hari atau suntik. KB dengan pil dan suntik memiliki risiko kehamilan yang cukup besar. Sebab, jika tak disiplin maka bisa 'kebobolan' alias hamil.
Baca juga:
Alasan Implan KB Kurang Populer di Indonesia
Pilih - pilih Alat KB : Suntik, Pil, Implan, atau IUD
Alat Kontrasepsi Implan KB, Pilih yang 1, 2, atau 6 Batang
Pilihan alat kontrasepsi lain yang lebih efektif dari pil dan suntik KB adalah implan atau dikenal dengan istilah susuk. Implan berbentuk batang berisi hormon progestin dengan diameter sebesar 2 sampai 3 milimeter dan ditanam pada bagian bawah kulit lengan atas.
Implan KB berisi hormon progestin, sejenis hormon progesteron yang keluar setelah ovulasi yang menyebabkan lendir di bibir rahim menjadi kental. “Makanya pada wanita menjelang masa subur sering keputihan encer, tepat sebetulnya untuk sperma masuk ke dalam rahim,” ujar dokter spesialis kebidanan dan kandungan Julianto Witjaksono di Jakarta.
Seorang dokter memasang Implan kepada peserta KB gratis pada acara hari keluarga berencana di Lapangan Balla Lompoa, Gowa, Sulawesi Selatan, Rabu (4/9). TEMPO/Fahmi Ali
Baca Juga:
Mekanisme ini yang digunakan implan dengan hormon progestin. Jika cairan di bibir rahim mengental, maka sperma tidak bisa masuk ke dalam rahim. Cara kerja yang kedua yaitu melalui otak dengan menekan semua hormon di otak yang merangsang pertumbuhan sel telur sehingga menghambat ovulasi.
Julanto memastikan implan aman digunakan, bahkan pada ibu hamil. “Walaupun susuk dipakai oleh wanita hamil, tidak akan mempengaruhi kehamilan. Jadi aman,” ujar Julianto.
Sebagai alat kontrasepsi, implan dianggap sangat aman, mudah digunakan, dan keberhasilannya mencegah kehamilan mencapai 99,95 persen. Selain ibu hamil, Julianto melanjutkan, implan KB juga bisa digunakan pada ibu menyusui. Jika ingin hamil kembali, ibu tinggal mencabut implan dan kesuburan akan pulih.
Beberapa manfaat lain dari implan KB adalah mengurangi risiko penyakit radang panggul, risiko anemia defisiensi zat besi, serta mengurangi risiko kehamilan ektopik. “Efek jangka panjang lain adalah menurunkan risiko kehamilan di luar kandungan," ucap Julianto.
NIA PRATIWI